< Kembali ke Halaman Utama

Memuat Halaman

Surat untuk Pembaca
Pembaca setia,
Harian Kompas memasuki usia ke-55. Perjalanan sejak 28 Juni 1965 penuh dengan tantangan. Pendiri Kompas PK Ojong dan Jakob Oetama, selalu menekankan pentingnya kerja sama tim.
Harian Kompas bertekad terus memperkuat misi jurnalistik di bawah panji: Amanat Hati Nurani Rakyat. Mengikuti perkembangan dunia, Kami juga terus mengembangkan platform digital berlangganan: Kompas.id.
Atas dukungan seluruh pemangku kepentingan, saya menyampaikan terima kasih.
Lilik Oetama
CEO Kompas Gramedia
Ikuti Perjalanan
Mari rayakan bersama ulang tahun ke-55 Kompas ! Saatnya untuk Anda mengikuti perjalanan Kompas dari tahun 1965, saat ini, hingga ke masa depan.
Rayakan Sekarang

Konten

Mengulas 55 tahun perjalanan Kompas dari 1965-2020.
Kompas Dulu, Kini, dan Masa Depan
Perjalanan Kompas tak selalu mulus, penuh tantangan. Kompas bertahan, beradaptasi dengan zaman, hadir dalam berbagai platform.
Tulisan Tokoh
Kompas sering menampilkan tulisan para tokoh, mulai dari Bung Hatta, Joko Widodo, hingga George W Bush dan Vladimir Putin.
Di Balik Liputan Khas Kompas
Alur produksi Kompas, mulai dari wartawan di lapangan, ruang redaksi, percetakan, hingga ke pembaca.
E-Paper Edisi HUT Kompas
E-paper hadir bagi pembaca yang ingin menikmati edisi cetak dalam plaftorm digital.

Video

Kerabat Kerja

Penulis: Prasetyo Eko P, Haryo Damardono, Iwan Santosa | Illustrator: Supriyanto | Fotografer: Lucky Pransiska, Hendra A Setyawan, Heru Sri Kumoro, Danu Kusworo, Wisnu Widiantoro, Wawan H Prabowo | Produser: Prasetyo Eko Prihananto, Septa Inigopatria | Desainer & Pengembang: Ria Chandra, Dani Wijaya, Elga Yuda Pranata, Yulius Giann | Animator & Grafis: Winarso Nugroho, Pandu Lazuardy Patriari
Kompas Dulu, Kini, dan Masa Depan
Kompas genap berusia 55 tahun pada 28 Juni 2020. Kompas lahir di masa krisis mendera Indonesia. Dalam kondisi itu, pendiri berhasil mendirikan koran yang diharapkan menjadi pedoman sesuai nama yang diberikan Bung Karno: Kompas. Pasang surut dialami, namun Kompas bertahan dan muncul dalam multiplatform menjawab tantangan zaman.
Mulai Perjalanan
1965
1970 - 1990
21 Januari 1978
Kompas dilarang terbit oleh pemerintah. Bersama Kompas, turut dilarang terbit Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesia Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore. Pelarangan dicabut dengan Surat Keputusan Kopkamtib pada 4 Februari 1978. Pada Senin, 6 Februari 1978, Kompas dizinkan terbit kembali.
16 September 1984
Kompas mencetak foto berwarna pertama karya wartawan Kompas pada 16 September 1984. Foto itu ditampilkan di edisi Minggu di halaman 1. Setelah itu, Kompas tidak lagi menampilkan foto berwarna selama bertahun-tahun dengan alasan mempertahankan konsep desain yang elegan.
1996
Litbang Kompas mulai melakukan jajak pendapat melalui telepon
Litbang Kompas mulai melakukan jajak pendapat melalui telepon. Metode ini dipakai untuk menjaring pendapat masyarakat seputar isu politik yang kemudian dilaporkan pada rubrik Jajak Pendapat setiap Senin. Tahun sebelumnya, Harian Kompas meluncurkan platform Kompas online yang kemudian berkembang dan menjadi Kompas.com pada 2008.
2000 - 2010
28 Juni 2005
Setelah bertahun-tahun mempertahankan desain, Kompas muncul dengan wajah baru. Tampil dengan desain baru dengan filosofi dasar visual thinking. Dalam desain koran yang digagas oleh Mario R Garcia ini, koran Kompas mengecil dari 84 sentimeter menjadi 76 sentimeter.
9 Agustus 2007
Litbang Kompas melakukan hitung cepat untuk pertama kalinya, yaitu pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Hasil hitung cepat Kompas hanya selisih 0,09 dari hasil akhir perhitungan suara KPU DKI Jakarta.
2011 - 2020
Kebersamaan yang menjadi warisan PK Ojong dan Jakob Oetama, menjadi jawaban menghadapi tantangan zaman yang mewarnai 55 tahun perjalanan Kompas. Menjadi pedoman tanpa menggurui. Rahayu...
Kembali ke Awal
Soliditas Tim
Kerja media adalah kerja tim. Soliditas tim di Harian Kompas telah teruji selama 55 tahun mengantar koran Kompas tiap pagi ke tangan pelanggan.
Melaporkan fakta dan data di lapangan
Nyaris sehari penuh, ratusan wartawan bekerja di lapangan. Melaporkan fakta, menggali di balik berita, dan menganalisis berbagai hal untuk pembaca. Wartawan dan fotografer hadir di lapangan, terkadang menempuh bahaya dan risiko, misalnya masuk ke zona merah saat peliputan pandemi korona, tentu dengan protokol kesehatan yang ketat.
Berita dialirkan dalam bentuk digital ke Kompas.id
Sepanjang hari proses produksi bergulir di ruang redaksi. Berita yang didapat wartawan di lapangan lantas dialirkan dalam bentuk digital di laman Kompas.id. Semua dikerjakan dengan standar jurnalistik Kompas.
Rapat dilakukan untuk menentukan berita yang akan masuk ke edisi cetak esok harinya
Kemudian untuk keperluan edisi cetak esok harinya, diakukan rapat untuk menentukan berita yang akan ditampilkan dan penempatannya, seperti apakah akan menjadi berita utama di halaman satu atau di halaman lain. Kemudian dirancang layout, proses editing, hingga memastikan kualitas berita sesuai standar Kompas.
Berita dicetak pada ratusan ribu eksemplar koran setiap hari secara otomatis
Tengah malam hingga subuh, mesin percetakan bekerja secara otomatis dan minim campur tangan manusia mencetak ratusan ribu eksemplar koran.
Pagi buta koran siap diantarkan ke pembaca setia Kompas
Menjelang subuh hingga pagi buta, pasukan loper bergerak mengantar Kompas hingga tangan pembaca.