Dinilai Bernuansa Kekerasan, Foto ”The New York Times” Jadi Perbincangan
Konflik dan perang membawa dilema bagi media dalam menampilkan foto. Media harus menyebarluaskan informasi akurat. Namun, di sisi lain, sisi humanis, kepekaan, dan penghormatan pada manusia juga harus jadi pertimbangan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
AP Photo/Emilio Morenatti
Stanislav (40), membelakangi lensa, melambaikan tangannya pada putranya, David (2), dan sang istri, Anna (35), yang melihatnya dari dalam kereta yang akan berangkat dari Kiev ke Lviv, Ukraina, Kamis (3/3/2022). Anggota keluarga laki-laki yang telah berusia dewasa memilih bertahan di Ukraina untuk membantu militer mempertahankan negaranya dari serbuan Rusia.
Foto halaman depan media Amerika Serikat, The New York Times, edisi Senin (7/3/2022), menjadi perbincangan banyak pihak. Foto yang diambil fotografer Lynsey Addario itu memperlihatkan tentara Ukraina tengah memeriksa tubuh korban serangan militer Rusia yang terbujur kaku di sebuah jalan, tidak jauh dari sebuah patung, setelah serangan mortir meledak di dekat mereka. Dua wajah korban jelas terlihat dalam foto tersebut.
Apabila hanya melihat foto tersebut, sekilas pembaca akan mengira para korban masih hidup. Namun, Addario, yang juga menuliskan pengalamannya saat itu, menyebut bahwa tidak ada yang bisa dilakukan oleh tentara dan tim medis Ukraina untuk menolong keempat korban. Ibu dan kedua anaknya serta seorang temannya, yang mencoba menyelamatkan diri dari perang, tewas di tempat.
Surat kabar The New York Times mencuit tentang insiden itu pada Minggu (6/3/2022) malam. Dalam cuitannya, media itu memperingatkan kepada para pembacanya tentang rekaman video yang mengandung unsur kekerasan (graphic content) ketika foto itu diambil. Foto itu juga dipajang di laman Times versi digital dan halaman depan edisi cetaknya dengan lebar lima kolom. Namun, tidak ada peringatan serupa kepada para pembaca edisi cetak, seperti halnya Twitter.
Cliff Levy, Wakil Redaktur Pelaksana The Times, mencuit bahwa foto Addario membuat halaman muka media itu menjadi halaman paling penting dari banyak gambar perang Ukraina yang beredar. Melalui pernyataan tertulis, Direktur Fotografi The Times Meaghan Looram mengatakan bahwa surat kabarnya tidak mempunyai ”kebijakan menyeluruh terkait keputusan-keputusan seperti itu”.
Biasanya para editor diimbau untuk bertanya pada diri sendiri terlebih dahulu atau berembuk dengan para koleganya membahas sejumlah pertanyaan, termasuk apakah nilai berita sebuah foto memang layak untuk disiarkan. Di antara faktor-faktor yang dipertimbangkan, jelas Looram, misalnya ”apakah foto tersebut telah menampilkan orang dengan cara menjaga martabatnya, apakah terasa eksploitatif atau serampangan. Selain itu, apakah keputusan menurunkan sebuah foto akan sama jika foto itu datang dari negara atau daerah lain.
TANGKAPAN HALAMAN DEPAN THE NEW YORK TIMES
Tangkapan halaman depan harian The New York Times edisi Senin, 7 Maret 2022, yang menampilkan foto korban perang Rusia-Ukraina di Ukraina, saat diambil pada Selasa (8/3/2022).
Times, lanjut Looram, memperhatikan ”secara serius tugas kami sebagai jurnalis, yang ditunjukkan pada pembaca kami, melalui laporan sebenarnya dan akurat tentang peristiwa-peristiwa dunia, yang kadang-kadang sangat sulit untuk dilihat, tetapi perlu untuk dipahami”.
Mantan dekan International Center of Photography School di Universitas New York, Fred Ritchin, menilai tidak ada yang salah dengan foto Addario dan penempatannya di halaman depan The New York Times. Dalam pandangannya, penggunaan dan penempatan foto itu tetap menghormati privasi individu serta memberi informasi tentang peristiwa yang terjadi.
”Foto itu penting untuk ditunjukkan ketika Rusia mengklaim bahwa warga sipil tidak menjadi sasaran serangan tentara mereka dan banyak rekan senegaranya percaya pada hal itu,” kata Ritchin.
Dilema
Gambar atau rekaman video yang meresahkan atau mengejutkan sering kali hadir ketika sebuah konflik, kekerasan, atau bahkan perang, terjadi. Para pengambil kebijakan di setiap media sering kali harus mengambil keputusan tentang apa yang bisa atau tidak bisa ditampilkan kepada para pembaca. Ini tentu keputusan yang tidak mudah, terutama di era media sosial seperti saat ini informasi yang vulgar bisa ditemukan dengan mudah.
Foto lain di seputar kejadian yang sama juga sempat diambil oleh fotografer kantor berita Associated Press (AP) dan AFP. Namun, sudut pengambilannya berbeda dan tidak memperlihatkan wajah para korban. Bahkan, kedua kantor berita ini menyebarluaskan foto jenazah keempat korban telah tertutup oleh kain putih.
AP Photo/Oleksandr Ratushniak
Seorang perempuan warga Ukraina digotong oleh dua anggota militer Ukraina melintasi jalan setapak saat mencoba keluar dari Irpin, tidak jauh dari ibu kota Kiev, Ukraina, Minggu (6/3/2022).
Kantor berita AP juga menyediakan gambar sejenis. Direktur Fotografi AP J David Ake mengatakan, mereka juga mengingatkan soal gambar yang berpotensi meresahkan, seperti mengandung kekerasan atau bahkan memperlihatkan darah. AP, katanya, tidak memuat foto yang secara serampangan menggambarkan kekerasan dan kekejaman.
Selalu skeptis
Addario, yang memiliki pengalaman meliput peristiwa peperangan di berbagai wilayah konflik, menuturkan bahwa sebagai pewarta dia harus bersikap skeptis terhadap berbagai informasi yang diterimanya. Dia tidak bisa memercayai berbagai informasi adanya kekerasan terhadap warga sipil oleh militer sampai dia melihatnya langsung.
”Saya telah meliput perang cukup lama untuk mengetahui bahwa saya tidak percaya apa pun sampai saya dapat melihatnya, sampai saya dapat memotretnya. Dan ini adalah kasus di mana saya menyaksikan warga sipil menjadi sasaran dan sangat penting bahwa citra itu menyebar jauh dan luas,” katanya dalam wawancara dengan televisi MSNBC.
AP/Efrem Lukatsky
Warga menyeberang lewat jalan darurat yang dibangun di bawah sebuah jembatan yang luluh lantak saat mereka mengungsi dari kota Irpin, dekat Kiev, Ukraina, Senin (7/3/2022).
Artikel daring yang menyertai foto Addario juga memuat tautan ke video yang diambil oleh seorang rekan, Andriy Dubchak, yang memperlihatkan warga tengah membawa tas dan barang-barang berharga mereka menjauhi Irpin. Tiba-tiba serangan mortar terjadi. Tentara kemudian terlihat berlari ke arah yang terluka.
Stasiun televisi CNN menayangkan video itu Minggu malam juga memperingatkan kepada para penonton tentang rekaman video yang berisi gambar kekerasan. "Kami ingin memperingatkan Anda bahwa (gambar) itu menunjukkan dengan tepat apa sebenarnya perang ini, dan itulah mengapa kami berpikir bahwa penting bagi Anda untuk melihatnya,” kata Anderson Cooper, pembawa acara CNN yang tengah berada di Ukraina.
”Karena apa yang terjadi di Ukraina saat ini tidak boleh diubah. Itu harus dilihat oleh dunia dengan segala kengeriannya. Anda akan mendengar kata-kata kotor dalam video ini dan Anda juga akan melihatnya.”
Ritchin mengatakan, foto Addario itu menimbulkan perbincangan di kalangan publik yang membacanya. Di kereta bawah tanah, di tempat warga berkumpul, menurut Ritchin, banyak mendiskusikan foto yang tampil di halaman muka Times.
”Itu menciptakan percakapan. Halaman depan itu adalah bagian real estat yang berharga. Kali ini digunakan dengan tepat,” katanya. (AP)