Kurangi Kalori dan Makan di Waktu Tepat Membuat Usia Lebih Panjang
Dengan mengatur diet tikus hanya makan pada malam hari, saat tikus paling aktif, memperpanjang hidup hingga 35 persen. Lalu, bila dilakukan diet rendah kalori ditambah jadwal makan malam hari bisa menambah 9 bulan.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·4 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Warga mengenakan kostum tikus saat mengarak hasil panen dalam acara gelar budaya tani Mbok Sri Mulih di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (29/9/2018).
Mengurangi konsumsi kalori dan atau makan di waktu yang tepat teruji secara ilmiah dapat membuat usia lebih lama. Meski uji terkini itu baru dilakukan pada tikus, setelah sebelumnya riset serupa pada sejumlah jenis hewan lainnya, setidaknya hasil riset ini bisa menjadi refleksi upaya kita untuk menjaga kesehatan.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science pada 5 Mei 2022 itu memberi perlakuan dan mengamati dengan seksama kehidupan ratusan tikus selama rentang hidupnya. Penelitian mereka menunjukkan bahwa ritme harian tubuh memainkan peran besar dalam efek umur panjang ini.
Peneliti pada Howard Hughes Medical Institute (HHMI) Joseph Takahashi dan rekan yang menulis studi itu menyatakan, makan hanya selama waktu paling aktif dalam sehari secara substansial memperpanjang umur tikus dengan diet rendah kalori. Dalam studi itu timnya menemukan bahwa diet rendah kalori saja memperpanjang hidup hewan sebesar 10 persen.
Di sisi lain, dengan mengatur diet tikus hanya makan pada malam hari, saat tikus paling aktif, memperpanjang hidup hingga 35 persen. Lalu, bila kedua perlakuan itu disatukan yaitu diet rendah kalori ditambah jadwal makan malam hari, bisa menambah sembilan bulan ekstra untuk umur rata-rata dua tahun hewan.
Tikus yang diberi diet rendah kalori di malam hari, baik selama dua jam atau 12 jam, hidup paling lama.
Disebutkan dalam situs internet HHMI, 5 Mei 2022, bila direfleksikan pada manusia, pengaturan waktu makan itu yaitu membatasi makan hingga siang hari. Sebuah resep untuk umur panjang yang bila hal itu pun tak mudah diikuti, kita bisa makan lebih sedikit.
Penelitian ini disebut membantu mengurai kontroversi seputar rencana diet yang menekankan makan hanya pada waktu-waktu tertentu dalam sehari, kata Takahashi yang juga ahli biologi molekuler di University of Texas Southwestern Medical Center. Rencana seperti itu mungkin tidak mempercepat penurunan berat badan pada manusia, seperti yang dilaporkan sebuah studi baru-baru ini di New England Journal of Medicine, tetapi hal itu dapat mendorong manfaat kesehatan, yaitu menambah umur lebih panjang.
BRANDON WADE/ AP IMAGES FOR HHMI
Joseph Takahashi
Temuan tim Takahashi menyoroti peran penting metabolisme dalam penuaan, kata Sai Krupa Das, ilmuwan nutrisi di Jean Mayer USDA Human Nutrition Research Center on Aging yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. "Ini adalah studi yang sangat menjanjikan dan penting," katanya.
Riset sebelumnya
Dalam beberapa dekade, penelitian telah menemukan bahwa pembatasan kalori memperpanjang umur hewan, mulai dari cacing, lalat, tikus, hingga primata. Eksperimen tersebut melaporkan penurunan berat badan, peningkatan pengaturan glukosa, penurunan tekanan darah, dan pengurangan peradangan.
Tetapi, kata Das, sulit untuk mempelajari pembatasan kalori secara sistematis pada manusia karena tidak bisa tinggal di laboratorium dan makan porsi makanan yang terukur sepanjang hidup mereka. Dia adalah bagian dari tim peneliti yang melakukan studi terkontrol pertama tentang pembatasan kalori pada manusia, yang disebut Penilaian Komprehensif Efek Jangka Panjang dari Pengurangan Asupan Energi, atau CALERIE. Dalam penelitian itu, bahkan pengurangan kalori yang sederhana "sangat bermanfaat" untuk mengurangi tanda-tanda penuaan, kata Das.
Para ilmuwan baru mulai memahami bagaimana pembatasan kalori memperlambat penuaan pada tingkat seluler dan genetik. Seiring bertambahnya usia hewan, gen yang terkait dengan peradangan cenderung menjadi lebih aktif, sementara gen yang membantu mengatur metabolisme menjadi kurang aktif. Studi baru Takahashi menemukan bahwa pembatasan kalori, terutama ketika disesuaikan dengan periode aktif tikus di malam hari, membantu mengimbangi perubahan genetik ini seiring bertambahnya usia tikus.
Riset
Beberapa tahun terakhir telah melihat munculnya banyak rencana diet populer yang berfokus pada pola yang disebut puasa intermiten, seperti puasa pada hari-hari alternatif atau makan hanya selama periode enam sampai delapan jam per hari. Untuk mengungkap efek kalori, puasa, dan ritme harian, atau sirkadian, pada umur panjang, tim Takahashi melakukan eksperimen ekstensif selama empat tahun. Tim tersebut menempatkan dan mengatur ratusan tikus dengan pengumpan otomatis untuk mengontrol kapan dan berapa banyak setiap tikus makan selama masa pakainya.
FERNANDO AUGUSTO/MADE-FOR.STUDIO
Gambaran penelitian manfaat variasi diet pada tikus dengan rendah kalori dan periode makan tertentu.
Beberapa tikus bisa makan sebanyak yang mereka inginkan, sementara yang lain kalorinya dibatasi 30-40 persen. Dan mereka yang menjalani diet pembatasan kalori makan dengan jadwal yang berbeda. Tikus yang diberi diet rendah kalori di malam hari, baik selama dua jam atau 12 jam, hidup paling lama.
Hasilnya menunjukkan bahwa waktu makan yang dibatasi memiliki efek positif pada tubuh, bahkan jika itu tidak mendorong penurunan berat badan, seperti yang disarankan oleh studi New England Journal of Medicine. Takahashi menunjukkan bahwa penelitiannya juga tidak menemukan perbedaan berat badan di antara tikus pada jadwal makan yang berbeda.
"Namun, kami menemukan perbedaan besar dalam umur," katanya.
Rafael de Cabo, peneliti gerontologi di National Institute on Aging di Baltimore mengatakan bahwa makalah dalam Science tersebut merupakan demonstrasi yang sangat elegan. “Bahwa bahkan jika Anda membatasi kalori tetapi Anda tidak makan pada waktu yang tepat, Anda tidak mendapatkan manfaat penuh dari pembatasan kalori,” kata dia.
Takahashi berharap, mempelajari bagaimana pembatasan kalori memengaruhi jam internal tubuh seiring bertambahnya usia akan membantu para ilmuwan menemukan cara baru untuk memperpanjang umur sehat manusia. Itu bisa datang melalui diet pembatasan kalori, atau melalui obat-obatan yang meniru efek diet tersebut.
Sementara itu, Takahashi mengambil pelajaran dari tikus-tikusnya dengan membatasi makannya sendiri selama 12 jam. Meski umur ada di tangan Tuhan, setidaknya dengan mengatur pola konsumsi, kita dapat memperoleh manfaat kesehatannya.