Keharuman Aromaterapi yang Menentramkan..

Aroma atau wewangian tertentu bisa membuat kita ingat pada seseorang. Pemakaiannya cukup beragam, dari bentuk murni berupa minyak asiri (essential oil), parfum, hingga produk turunan lainnya. Banyak pilihan yang tersedia, ada aroma bebauan herbal, kekayuan, bebungaan, dan rempah. Sebagian meyakini wewangian mampu meningkatkan rasa percaya diri dan efek relaksasi. Jauh sebelumnya, wewangian minyak esensial sudah digunakan untuk perawatan kesehatan dan penyembuhan luka yang mujarab.

Saat berkunjung ke rumah teman, tercium aroma segar citrus dan bebungaan yang tidak asing di hidung. Aroma ini seolah ’menghipnotis’ siapa pun yang menghirupnya. Membuat pikiran jadi lebih rileks, tenang, dan nyaman. Obrolan pun berlangsung hangat, bahkan, sampai lupa waktu! Dugaan awal, aroma tersebut berasal dari pengharum ruangan yang disemprotkan secara berkala. Apakah iya?

Ternyata bukan. Aromanya berasal dari sebuah alat di sudut ruangan yang mengeluarkan uap tipis bernama diffuser. Mereka memadukan beberapa tetes minyak lavender (Lavandula angustifolia) dan bergamot yang diuapkan dengan diffuser untuk memberikan efek menenangkan. Kedua bahan ini juga kerap dicampurkan dalam beberapa produk kecantikan.

KOMPAS/EDDY HASBY
Produk aroma terapi Rumah Atsiri Indonesia di Desa Plumbon, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (1/5/2019). Rumah Atsiri ini dulu merupakan pabrik citronella tahun 1963 dan terbengkalai sejak lama, kini dimanfaatkan kembali sebagai tempat pelatihan, pembelajaran, pengembangan tanaman atsiri dan salah satu destinasi wisata di kawasan lereng Gunung Lawu.

Penggunaan minyak asiri/minyak esensial/minyak sari tumbuhan untuk menjaga kesehatan, menenangkan pikiran, jiwa, dan raga merupakan bagian dari terapi wewangian atau aromaterapi. Mengapa penggunaannya hanya tetes demi tetes? Minyak asiri sifatnya sangat pekat. Satu tetesnya saja mampu memberikan aroma tajam karena didapat dari ekstrak bahan organik.

Tak heran jika harga yang ditawarkan untuk sekian mililiter (ml) minyak asiri bisa mencapai jutaan rupiah. Harga ini sebanding dengan banyaknya jumlah bahan baku tumbuhan yang dibutuhkan dan proses pembuatan khusus, misalnya distilasi/penyulingan.

Kompas/Lasti Kurnia Christina Iriani pemilik SAE Natural Home Remedy meracik minyak berbahan dasar minyak atsiri dan minyak alami di rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (12/6/2015).

Selama pandemi Covid-19, tren penggunaan minyak asiri kian meningkat, seperti mengemuka pada sesi seminar terkait Bisnis Aromaterapi dalam Aroma Wellness Festival 2021, Jumat (19/11/2021). Penggunaan minyak sari tumbuhan ini cukup beragam, mayoritas diperuntukkan untuk aromaterapi dan kosmetik. Edukasi terkait pentingnya penggunaan minyak asiri sebagai bagian dari terapi dibutuhkan agar lebih banyak masyarakat yang merasakan manfaat yang didapatkan.

Mengapa minyak asiri digunakan dalam terapi? Guru Besar bidang Kimia Bahan Alam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Andria Agusta dalam buku Aromaterapi: Cara Sehat dengan Wewangian Alami menganalogikan, minyak asiri sebagai ’darah’ pada tumbuhan berbentuk cairan yang menguap (volatil) dari hasil penyulingan. Fungsinya seperti darah dalam tubuh manusia. Kemampuan minyak asiri masuk ke dalam tubuh dinilai lebih efektif untuk memberikan efek baik pada sel-sel dibandingkan dengan serbuk dan bahan tumbuhan kering.

Rekomendasi artikel pilihan
Nikmati tulisan lainnya dalam rubrik Tutur Visual di bawah ini.
Kerabat Kerja
Penulis
Melati Mewangi
Penyelaras Bahasa
FX Sukoto
Foto
Eddy Hasby, Lasti Kurnia, Ferganata Indra Riatmoko, Riza Fathoni, Adrian Fajriansyah, Mahdi Muhammad, Mohamad Burhanudin, P Raditya Mahendra Yasa, Arum Tresnaningtyas Dayuputri, Zulkarnaini Masry, Caesar Alexey, Lucky Pransiska, Ilham Khoiri, Nasrul Thahar, Erwin Edhi Prasetya, Mawar Kusuma Wulan, Cornelius Helmy Herlambang, A Ponco Anggoro, Kornelis Kewa Ama, Frans Sarong, Agus Susanto, Yuniadhi Agung, Ayu Sulistyowati, Aloysius Budi Kurniawan, Heru Sri Kumoro, Aufrida Wismi Wirastri, Siwi Nurbiajanti, Samuel Oktora, Khaerul Anwar, Francisca Romana Ninik, Andreas Maryoto, Ichwan Susanto, Yoga Putra, Rony Ariyanto Nugroho
Olah Foto
Arjendro Darpito
Infografik
Gunawan Kartapranata
Ilustrasi Kover
Tiurma
Produser
Sarie Febriane
Desainer
Ria Chandra, Charlie Aditya Sebastian, Farida Wiryandani, Maria Karina Putri
Pengembang
Deny Ramanda, Rino Dwi Cahyo, Frans Yakobus Suryapradipta, Yosef Yudha Wijaya, Christian Teguh, Hanasya Shabrina, Azkiya Hanna Rofifah