Tekan Potensi Fatalitas, Pasien Isoman di Jabar Diberikan Konsultasi dan Obat Gratis
Ratusan pasien Covid-19 di Jawa Barat meninggal saat menjalani isolasi mandiri. Untuk menekan potensi fatalitas itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan obat dan layanan konsultasi kesehatan secara gratis.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Tenaga kesehatan dengan hazmat memimpin senam bersama pasien Covid-19 dengan status orang tanpa gejala (OTG) di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (21/6/2021). Sebagian ruangan di stadion tersebut kembali digunakan untuk isolasi mandiri pasien Covid-19 dengan status orang tanpa gejala.
BANDUNG, KOMPAS — Pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman) perlu dipantau intensif karena berpotensi mengalami pemburukan kesehatan. Apalagi sudah banyak kasus pasien meninggal saat isoman. Untuk menekan potensi fatalitas itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan obat dan layanan konsultasi kesehatan secara gratis.
Hingga Senin (12/7/2021), kasus aktif atau yang sedang dirawat di Jabar mencapai 89.363 orang. Namun, hanya sekitar 20.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sementara, hampir 70.000 orang atau sekitar 77 persen menjalani isolasi mandiri.
Berdasarkan data LaporCovid-19, 450 pasien meninggal saat menjalani isoman. Sejumlah 160 orang di antaranya berada di Jabar. Jumlahnya dimungkinkan lebih besar karena belum semua kasus terdata atau dilaporkan.
Sementara Centre for Indonesia\'s Strategic Development Initiatives (CISDI) menemukan setidaknya 446 pasien isoman meninggal dalam periode 30 Juni-6 Juli 2021 di 12 kabupaten/kota di Jawa Barat.
Kompas/Priyombodo
Aktivitas penghuni panti asuhan St Fransiskus Asisi di kawasan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Senin (25/1/2021). Sebanyak 43 penghuni panti asuhan yang mayoritas anak-anak di panti asuhan tersebut terkonfirmasi positif Covid-19 tanpa gejala dan saat ini tengah menjalani isolasi mandiri.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, sudah menginstruksikan aparat pemerintah hingga tingkat RT/RW untuk memantau kondisi pasien isoman. ”Agar selalu termonitor kondisinya (pasien isoman) membaik atau memburuk. Jangan sampai baru tahu ketika ada warganya meninggal di rumah,” ujarnya di Kota Bandung.
Pemprov Jabar juga sedang merekrut 200.000 sukarelawan untuk disebar ke 200.000 RT. Sukarelawan tersebut bertugas menanyakan kondisi kesehatan pasien isoman melalui telepon dan mendata kontak erat dan dikoordinasikan dengan puskesmas setempat.
Untuk mempercepat penyembuhan, pasien isoman diberikan obat, suplemen, dan vitamin secara gratis. Bantuan tersebut dapat diajukan melalui aplikasi Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar).
Sementara Centre for Indonesia\'s Strategic Development Initiatives (CISDI) menemukan setidaknya 446 pasien isoman meninggal dalam periode 30 Juni-6 Juli 2021 di 12 kabupaten/kota di Jawa Barat.
Selain itu, pasien juga dapat mengakes layanan telekonsultasi. Tujuannya agar kondisi kesehatan pasien tetap terpantau dan dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan jika kesehatannya memburuk.
”Upaya ini dilakukan supaya tidak banyak pasien isoman yang meninggal. Meskipun secara persentase, fatality ratedi Jabar itu masih di bawah nasional, yaitu 1,43 persen,” ucapnya.
Hingga Senin pukul 18.30, total kasus Covid-19 di Jabar berjumlah 452.007 kasus. Sejumlah 89.363 orang masih dirawat atau diisolasi, 356.203 orang sembuh, dan 6.441 orang meninggal.
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Kerumunan di kawasan pertokoan di Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/5/2021). Kerumunan membuat jaga jarak diabaikan sehingga berpotensi meningkatkan potensi penularan Covid-19.
Penasihat Senior untuk Urusan Gender dan Pemuda untuk Diretur Jenderal WHO yang juga pendiri CISDI Diah S Saminarsih menyebutkan, terdapat sejumlah faktor penyebab meninggalnya pasien isoman. Salah satunya akibat kasusnya terlambat ditemukan karena kemampuan tracing di puskesmas menurun.
Diah mengatakan, beban kerja tenaga kesehatan di puskesmas tinggi. Sebab, selain melakukan 3 T (testing, tracing, treatment), mereka juga harus mengejar target vaksinasi dan mengedukasi masyarakat mengenai protokol kesehatan.
”Kasus kematian dilaporkan terjadi karena penurunan saturasi mendadak saat pasien melakukan isolasi mandiri,” ujarnya dalam konferensi pers daring ”Kolapsnya Fasilitas Kesehatan dan Risiko Kematian Pasien Isolasi Mandiri” yang digelar oleh LaporCovid-19 dan CISDI.
Faktor lainnya adalah tidak segera mendapatkan pertolongan karena rumah sakit sudah penuh dan pasien terlambat datang ke fasilitas kesehatan ketika kondisinya sudah memburuk. ”Yang harus dilakukan adalah meningkatkan pelacakan yang melibatkan banyak sukarelawan. Lalu mendukung layanan terintegrasi, bukan hanya dibebaskan pada puskemas. Ada aparat kewilayahan, komunitas, dan klinik swasta yang bisa bekerja sama,” jelasnya.