Setiap tanggal 17 Agustus pukul 10.00 selalu diadakan detik-detik proklamasi kemerdekaan Repubik Indonesia di seluruh negeri. Hal itu untuk memperingati detik-detik bersejarah pembebasan republik dari cengkeraman kolonialisme melalui pernyataan kemerdekaan bangsa yang dibacakan proklamator Soekarno didampingi Mohammad Hatta pada 17 Agustus 1945.
Istana Merdeka selalu menjadi pusat acara detik-detik proklamasi kemerdekaan di Tanah Air. Upacara bendera yang dihadiri kepala negara menjadi magnet perhatian masyarakat. Sejak zaman Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo, upacara hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia selalu ditunggu. Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang diseleksi dari pemuda-pemudi terbaik dari seluruh negeri menjadi salah satu ciri khas upacara detik-detik proklamasi kemerdekaan.
Dari waktu ke waktu upacara detik-detik proklamasi terlihat sakral dan khidmat. Hal itu tecermin dari beberapa foto dokumentasi harian Kompas yang menunjukkan kesakralan itu. Busana yang digunakan para tamu negara dan undangan tampak resmi adalah jas untuk pria dan kebaya bagi wanita.
Namun, Presiden Joko Widodo dan para tamu negara dalam upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-74 Republik Indonesia mengenakan beragam pakaian adat berbagai suku di Indonesia. Presiden ingin upacara peringatan kemerdekaan tidak monoton. Karena itu, semua peserta upacara, mulai dari menteri, pejabat negara, hingga tamu undangan, diminta mengenakan pakaian daerah.
Selain untuk menumbuhkan rasa nasionalisme di tengah keragaman suku, bangsa, dan budaya, tujuan mengenakan pakaian daerah agar upacara lebih berwarna. Suasana berbeda terjadi saat upacara HUT Ke-75 Republik Indonesia. Pandemi Covid-19 memaksa upacara dilaksanakan secara terbatas. Upacara digelar secara minim kehadiran fisik dan mengikuti protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Perlu diketahui, upacara detik-detik proklamasi kemerdekaan RI di halaman Istana Merdeka, Jakarta, baru dimulai pada tahun 1950. Sebelumnya, peringatan HUT RI pertama tahun 1946 hingga 1949 dilaksanakan di Gedung Agung, Yogyakarta. Hal tersebut karena ibu kota pindah dari Jakarta ke Yogyakarta akibat Agresi Militer Belanda.
Pelaksanaan upacara peringatan kemerdekaan di Istana Merdeka selalu menyedot perhatian warga. Mereka berbondong-bondong memadati sekitar Istana untuk menonton ataupun mengikuti upacara. Biasanya ada defile dan parade seusai pelaksanaan upacara.
Kerabat Kerja
Penulis:
HENDRA AGUS SETYAWANEditor:
iwansetiyawan