Diresmikan Presiden, Bandara Trunojoyo Diharap Tumbuhkan Pusat Ekonomi Baru
Bandara Trunojoyo di Sumenep, Jawa Timur, resmi dibuka. Keberadaan bandara itu diharap dapat membuka keterhubungan pulau-pulau kecil di Jawa Timur.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN
Sebagai tanda peresmian Bandar Udara Trunojoyo, Sumenep, Madura, Jawa Timur, Rabu (20/4/2022), Presiden Joko Widodo memukul gong.
SUMENEP, KOMPAS — Babak baru untuk Bandar Udara Trunojoyo, Sumenep, Jawa Timur, dimulai. Setelah diresmikan Presiden Joko Widodo pada Rabu (20/4/2022) pagi, jalur-jalur baru dibuka. Tak hanya membuka keterhubungan, bandara itu diharapkan mampu menumbuhkan pusat-pusat ekonomi baru.
Mengenakan odheng, ikat kepala khas Madura, yang dibelinya di gerai UMKM di ruang tunggu bandara, Presiden Jokowi meresmikan Bandara Trunojoyo Sumenep. Presiden berharap bandara itu akan menghubungkan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Madura. Isolasi pulau-pulau terpencil juga bisa dibuka.
”Bandara Trunojoyo juga akan memangkas waktu tempuh dari pulau-pulau kecil di sekitar Madura yang jika menggunakan kapal memerlukan waktu berhari-hari, sekarang dengan pesawat hanya perlu satu jam saja,” tuturnya.
Peresmian bandara itu dihadiri pula oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Bupati Sumenep Achmad Fauzi.
BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo membeli odheng, ikat kepala khas Madura, serta dua lembar kain batik di gerai UMKM di ruang tunggu Bandar Udara Trunojoyo, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Bandara Trunojoyo diresmikan pada Rabu (20/4/2022).
Presiden memaparkan, dari Pulau Bawean ke Gresik atau Lamongan, misalnya, biasanya hanya terdapat tiga jadwal kapal per minggu. Demikian pula untuk jadwal pelayaran kapal menuju Pulau Jangkar, Sapudi, dan Raas hanya beberapa kali dalam seminggu. Bahkan, ketika ombak tinggi, pelayaran harus dihentikan.
Atas dasar itulah, Presiden meyakini bahwa keterhubungan menjadi kunci untuk memperlancar mobilitas masyarakat. Dengan demikian, titik-titik perekonomian baru bisa tumbuh. Usaha-usaha yang sudah ada pun bisa berkembang dan semakin maju. Lebih luas lagi, kesempatan kerja akan bertambah.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan, Bandara Trunojoyo terletak di lahan seluas 34 hektar. Bandara yang berada di Pulau Madura, tepatnya di Kecamatan Sumenep, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, ini sudah dikembangkan. Dengan panjang landas pacu (runway) 1.600 meter dan gedung terminal seluas 3.600 meter persegi, bandara itu bisa melayani penerbangan dengan pesawat ATR 72.
Bandara Trunojoyo juga akan memangkas waktu tempuh dari pulau-pulau kecil di sekitar Madura yang jika menggunakan kapal memerlukan waktu berhari-hari, sekarang dengan pesawat hanya perlu satu jam saja.
Budi juga berharap Bandara Trunojoyo bisa mengembangan potensi pariwisata di Pulau Madura dan sekitarnya.
Kepala Bandara Trunojoyo Arqodri Arman menambahkan, bandara sempat melayani penerbangan komersil rute Surabaya-Sumenep dengan pesawat ATR 72. Saat awal pandemi, penerbangan komersial ini sempat berhenti.
Arman meyakinkan, penerbangan ini segera diadakan. Selain itu, penerbangan yang tetap ada pada rute Bawean-Sumenep, Sumenep-Pagerungan, dan Sumenep-Banyuwangi.
Presiden Jokowi dalam sambutannya pun meminta Menteri Perhubungan mengadakan rute penerbangan Surabaya-Sumenep dan Jakarta-Sumenep menjelang hari raya Idul Fitri. ”Kita coba apakah penuh atau tidak penuh penumpangnya. Menurut saya, (akan) penuh,” ujarnya.
KOMPAS/ANWAR HUDIJONO
Bandar udara Trunojoyo dan landas pacu di Sumenep, Madura, Jawa Timur, Februari 1986.
Keyakinan Bandara Trunojoyo mampu melayani penumpang dengan baik terjadi setelah pembangunan dilakukan kembali. Saat ini, Bandara Trunojoyo memiliki gedung terminal seluas 3.600 meter persegi dan dapat menampung 129.000 penumpang per tahun.
Bandara Trunojoyo dalam catatan harian Kompas pertama kali diresmikan Menteri Perhubungan Emil Salim (Kompas, 12 Januari 1976). Pembangunan bandara ini untuk mengembangkan potensi wisata di Pulau Madura serta memfasilitasi kebutuhan lima perusahaan pengeboran minyak asing di wilayah Sumenep.
Namun, pembangunan Bandara Trunojoyo saat itu tidak disertai kesiapan bidang lain yang berkaitan dengan sektor pariwisata. Akibatnya, bandara terbengkalai. Sempat menjadi tempat ternak merumput (Kompas, 30 Oktober 1991), bahkan tempat menjemur tembakau hasil panen petani (Kompas, 15 Mei 1989).
Di masa awal ini, menurut Arman, bandara yang memiliki landas pacu 850 meter dan lebar landasan 23 meter digunakan untuk penerbangan latih. Bandara ini juga sempat dikelola Pemkab Sumenep dan pada 2009 Bandara Trunojoyo diserahkan ke Kementerian Perhubungan.
Sejak 2009, layanan penerbangan perintis dan latih yang dilakukan di Bandara Trunojoyo sampai pengembangan bandara mulai dilakukan pada 2010. Landas pacu diperpanjang menjadi 1.600 meter dan lebarnya menjadi 30 meter. Tempat parkir pesawat atau apronnya juga diperluas menjadi 160x75 meter persegi.
Secara keseluruhan, menurut Arman, pengembangan dilakukan dalam tiga tahapan dengan biaya Rp 57 miliar dari APBN. Karena itu, selain rute-rute yang sudah ada, rute-rute potensial yang akan dipertimbangkan adalah Sumenep-Jakarta, Sumenep-Denpasar, dan Sumenep-Banjarmasin.
Potensi ini, menurut Budi, mempertimbangkan banyaknya pekerja asal Madura di Kalimantan, Jakarta, dan Bali.