Petenis putri Ashleigh Barty mengumumkan pensiun di saat masih berada pada puncak peringkat dunia. Setelah menjuarai tiga Grand Slam, dia memutuskan bahwa perjalanannya sebagai petenis profesional sudah cukup.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
SYDNEY, RABU — Kabar mengejutkan datang dari petenis nomor satu dunia tunggal putri, Ashleigh Barty. Petenis Australia itu mengumumkan pensiun sebagai atlet ketika berada di puncak peringkat dunia dan dalam usia 25 tahun.
Barty bercerita tentang alasan pensiun kepada sahabatnya, mantan petenis Australia, Casey Dellacqua, melalui video yang diunggah dalam akun Instragam-nya, Rabu (23/3/2022). Dia bercerita kepada mantan partnernya di ganda putri itu dengan suara menahan tangis.
Ini sudah saya pikirkan sejak lama. Mungkin banyak yang orang yang tidak mengerti kenapa saya melakukannya sekarang, tetapi itu tidak masalah.
”Ini sudah saya pikirkan sejak lama. Mungkin banyak orang yang tidak mengerti kenapa saya melakukannya sekarang, tetapi itu tidak masalah,” ujar Barty.
Secara garis besar, petenis yang pertama kali menempati puncak peringkat dunia pada 24 Juni 2019 itu mengatakan, dia tak lagi memiliki motivasi dan target untuk tetap bertanding dalam persaingan level atas. Apalagi, Barty memiliki perspektif bahwa kebahagiaan tak dapat diukur dari hasil yang diperoleh selama berkompetisi. ”Berkali-kali saya mengatakan kepada tim pelatih bahwa saya tidak punya lagi faktor itu,” katanya.
Menjalani profesi sebagai petenis profesional memang bukan pekerjaan mudah. Barty, bahkan, pernah menyingkir dari dunia ini setelah Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2014, dalam usia 18 tahun, hanya empat tahun setelah merasakan kerasnya kehidupan dalam profesi itu.
Sejak menjalani debut di arena Grand Slam pada Wimbledon 2012, dia tujuh kali tersingkir pada babak pertama Grand Slam dan dua kali menembus babak kedua. Merasa terlalu berat dengan tekanan, apalagi harus melakukan banyak perjalanan internasional dalam usia muda, Barty pun beristirahat dari tenis.
”Saya ingin memiliki kehidupan seperti remaja putri pada umumnya, pengalaman yang normal,” katanya. Saat itu, dia berada di luar peringkat 200 besar tunggal dan berperingkat ke-40 pada ganda.
Barty kemudian menekuni kriket profesional meski tak punya pengalaman dalam bertanding selain bersama keluarga. Namun, kemampuannya ternyata memikat pelatih klub Queensland Fire, Andy Richards.
”Sejak pertama kali memegang bat, kemampuannya luar biasa dari perspektif saya sebagai pelatih. Dia tak pernah melewatkan pukulan. Itu yang membuat saya tertarik menjadi pelatihnya,” kata Richards.
Barty pun menjadi anggota klub Queensland Fire sejak Juli 2015, lalu pindah ke Brisbane Heat dan bertanding dalam liga profesional kriket di Australia.
Pada Februari 2016, Barty mengumumkan kembali ke tenis profesional. Inilah momen pertamanya dilatih oleh Craig Tyzzer yang menjadi pelatih hingga akhir kariernya. Dia hanya fokus pada nomor ganda dalam turnamen ITF, hingga bermain pada tunggal pada akhir Mei dan akhirnya kembali bersaing ke Tur WTA.
Dia kembali berlaga di turnamen Grand Slam pada Australia Terbuka 2017. Pada nomor ganda putri, Barty menembus final Perancis Terbuka pada tahun tersebut bersama Dellacqua, seperti yang mereka capai pada Australia Terbuka dan Wimbledon 2013.
Kemajuannya bertanding pada tunggal mulai terlihat pada 2019 ketika menembus perempat final Australia Terbuka pada awal tahun dan menjuarai Perancis Terbuka, lima bulan kemudian.
Dikenal memiliki strategi permainan yang paling lengkap dibandingkan tunggal putri lain, dan sikap tenang, Barty menjuarai Wimbledon 2021 dan Australia Terbuka 2022. Menjadi juara Wimbledon menjadi mimpinya sejak kecil dan dia menjadi tunggal putri pertama Australia yang menjuarai Grand Slam lapangan rumput itu dalam rentang 41 tahun, setelah idola dan mentornya, Evonne Goolagong.
Gelar itu telah mengubah dirinya sebagai atlet dan sebagai seorang manusia. ”Menjuarai Wimbledon adalah mimpi saya yang menjadi kenyataan. Saya memberikan semuanya yang saya bisa lakukan. Itu membuat saya sadar bahwa kerja keras akan membawa kita pada hasil terbaik,” katanya.
Sementara gelar Australia Terbuka memberi kesan mendalam karena didapat di depan publik sendiri. Fakta bahwa dia memiliki keturunan suku asli Australia, Aborigin, membuatnya semakin bangga.
Sejak menjuarai Wimbledon itu pulalah, seperti dikatakannya pada Dellacqua, obrolan pensiun pun mengemuka di antara Barty dan tim pelatih. Maka, ketika dia membuat publik Australia bergembira dengan gelar Australia Terbuka 2022, Januari, Barty menilai itu sebagai momen perayaan perjalanan kariernya.
Australia Terbuka itu menjadi satu-satunya turnamen yang diikuti pada tahun ini dan menjadi panggung terakhir Barty yang mulai bermain tenis pada usia 4 tahun.
”Saya pernah melakukan ini (pensiun), tetapi saat ini rasanya berbeda. Saya sangat bersyukur dengan semua yang telah saya dapat dari tenis. Tenis membuat semua mimpi saya terwujud. Namun, saya pun menyadari bahwa ini saatnya saya mundur dan mengejar mimpi lain,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)
Biodata Ashleigh Barty
Lahir: Queensland, Australia, 24 April 1996
Main profesional: 2010
Pensiun: 2022
Peringkat dunia: 1
Pelatih: Craig Tyzzer
Gelar juara: 15
Hasil terbaik:
Australia Terbuka: juara 2022
Perancis Terbuka: juara 2019
Wimbledon: juara 2021
AS Terbuka: babak keempat 2018 dan 2019
Final WTA: juara 2019
Olimpiade: Medali perunggu ganda campuran Tokyo 2020