Bagel dari New York dengan Cinta
D\'Bagels menyuguhkan bagel otentik khas Amerika untuk pasar Indonesia. Mad Bagel menyelaraskan rasa dengan selera pasar lokal.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F99778bdb-cac9-46ec-9933-f21d21349b2d_jpg.jpg)
Varian bagel dari D\'Bagel Bagel and Muffin .
Menikmati bagel tak perlu lagi jauh-jauh ke New York, Amerika Serikat. Bagel si roti khas New York itu kini makin awam di Tanah Air. Yang otentik khas New York ada, yang menyesuaikan selera lokal pun tersedia.
Wangi khas roti hangat yang baru diangkat dari oven segera menyergap indera penciuman saat paket-paket bagel dari D’Bagels Bagel and Muffin tiba, Jumat (17/9/2021) siang. Aromanya sungguh kuat, menggoda hasrat untuk segera mencecap sumber wangi dari kotak-kotak kemasan berwarna cokelat.
Ada beberapa bagel di dalam satu kotak. D’plain bagel, cheesy Italian, blueberry, everything, apple crumble dan double cheese, dengan cream cheese dan gravlax salmon cream chesse yang ditempatkan di kotak berbeda dengan dry ice untuk menjaga kesegaran rasanya. Satu kotak lagi berisi bagelwich (bagel sandwich) berupa beef sausage egg and cheese dan gravlax salmon. Menggiurkan!
Bagel-bagel itu terlihat cantik. Bundar padat dan ‘penuh’, hanya menyisakan lubang kecil saja di bagian tengahnya. Saat disentuh, bagian luarnya terasa ‘kering’ renyah, namun terasa kenyal padat di bagian dalam. Sama persis dengan saat dikunyah, dengan aneka rasa yang kuat, merata di seluruh bagian bagel.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2Fcb31b0f6-6aea-47ed-a4b5-032658b0d985_jpg.jpg)
Varian bagelwich, beef sausage egg and cheese dan gravlax salmon dari D\'Bagel.
Blueberry yang merupakan best seller, rasanya tak main-main. Selain renyah dan kenyal, rasa blueberry-nya pun berjejak kuat dengan manis yang pas. Begitu pun cheesy Italian dan double cheese yang berlimpah keju, apple crumble yang cocok untuk penyuka manis, dan everything yang memberi sensasi kaya biji wijen. Bahkan untuk d’plain bagel pun tetap terasa ‘kaya’ rasa, makin lezat dengan olesan cream cheese yang melimpah.
Menurut salah satu pemilik D’bagels, Budianto, Kamis (16/9/2021), bagel yang asli alias khas New York, memiliki karakter chewy dan flavorful. Keotentikan bagel khas New York inilah yang disuguhkan dalam produk-produk D’Bagels, yang membedakan bagel dengan roti yang lembut dan lebih tasteless.
“Kami sempat mikir juga sih apakah bagel kami mau dibikin lebih lembut. Tapi kami mau bikinnya sama dengan yang di Amerika. Memang lebih gampang bikin rupa kayak roti, prosesnya lebih pendek. Tapi kami mau jaga kualitas, juga mau penuhi konsumen yang sebelumnya sudah jatuh cinta dengan bagel di Amerika dan berharap di Indonesia bisa ada,” ujar Budianto. Selain Budianto, D’Bagels juga diawaki oleh Arifin Siregar, Irena dan Silvia.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F58dfc107-1a75-457e-a5c4-2b5dac2c4535_jpg.jpg)
Menu-menu bagel dari D\'Bagel. Kompas/Riza Fathoni (RZF) 13-09-2021
Dengan komitmen itu, keempat sekawan itu membuat bagel-bagel mereka benar-benar dari nol mengikuti proses pembuatan bagel di Amerika. Sebelum mendirikan D’Bagels pada Juni 2020, Budianto pernah mengelola restoran bagel dan muffin di New York selama dua tahun.
“Bedanya kalau di Amerika dulu lebih banyak pakai equipment. Kalau di sini equipmentnya nggak ada. Jadi kita lebih labour intensive. Memang jadi makan waktu, prosesnya juga lebih lama. Yang penting kami happy dengan hasilnya,” kata Budianto.
Hasrat dan kecintaan mereka pada dunia makanan dan minuman, membuat mereka memilih memperlakukan produk mereka ibarat anak yang harus diberi curahan kasih sayang. Cinta, menjadi resep utama dalam menciptakan serta menyuguhkan produk-produk mereka.
“Kami nggak bisa cuma beli, lempar, beli, lempar. Nggak cocok sama kami. Makanya sampai gravlax salmon pun kami olah dari mentah, beli fresh yang sashimi grade, lalu dibumbui, didiamkan selama proses yang harus dilakukan. Itu juga yang terjadi sama patty-patty lainnya seperti beef, chicken. Jadi bisa dirasakan, semuanya bener-bener homemade, dibuat dari nol dengan cinta,” imbuh Silvia. Tak heran bila duo bagelwich berupa beef sausage egg and cheese serta gravlax salmon yang kami cicip pun terasa lezat ala rumahan.
Demi menjaga keotentikan bagel mereka, bahan-bahan yang digunakan pun dipilih yang terbaik, baik impor maupun lokal. Buah-buahan yang digunakan asli seperti blueberry dan apel, juga cinnamon. Semua tanpa pengawet.
Dengan penyimpanan yang tepat, dalam kotak tertutup di chiller, bagel mereka bisa bertahan hingga 3 hari. Di freezer, maksimal hingga 1 bulan. Sebelum disantap, bagel hanya perlu dipanaskan menggunakan pan. Bagel untuk sarapan di pagi hari, bagelwich untuk makan siang.
Sejauh ini, respons konsumen terhadap produk-produk D’bagels sangat positif. Ini terlihat dari pertumbuhan outlet yang pesat. Sejak Juni 2020, D’Bagels yang hingga kini memilih konsep delivery kitchen seiring situasi pandemi, seperti dituturkan Irena, sudah memiliki 6 outlet. Yaitu di Kemayoran, Kebayoran, Gading Serpong, Pantai Indah Kapuk, Sudirman dan Kemang. Keenam lokasi dipilih karena merupakan base customer D’Bagels berada sejak awal.
“Surprisingly kalau untuk yang niche market ini memang customer kita yang memang udah banyak yang tahu dan kangen sama bagel di Amerika. Untuk market-market setelah itu kebanyakan dari review. Mouth to mouth ternyata sangat penting,” tutur Arifin. Selain itu, promosi juga dilakukan melalui media sosial.
Sembari melihat situasi pandemi yang membuat mereka menahan diri untuk membuka restoran dine in, D’Bagels berupaya untuk terus menelurkan inovasi. Setiap bulan mereka merilis produk baru, termasuk produk pendamping seperti es kopi susu yang baru saja dirilis September 2021.
“Pas di Amerika bagel ada 30-an resep. Karena kan kalau di sana orang enggak terlalu asing. Kalau di sini, kita keluarin secara bertahap, continues, dikit-dikit. Ekspansi juga disesuaikan dengan pandemi karena banyak juga restoran dine in yang tutup,” kata Budianto.
Prinsip mereka, selain menjaga kualitas, juga menjaga ‘pasar kecil’ yang sudah terbangun selama ini. Cinta, tetap menjadi resep utama. “Kalau kita ini kan saluran hobi juga. Jadi kita lebih mau jaga quality, relationship sama customer. Kalau bisa ini jadi bisnis yang long term,” kata Budianto.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F2be98dc8-0723-4994-8c54-f01f6fc9b5b3_jpg.jpg)
Menu-menu bagel dari D\'Bagel.
Ramah di lidah
Dengan mengusung tagline #BestBagelinTown, toko Mad Bagel berhasil membuat konsumennya jatuh cinta dengan bagel. Diawali dari Central Kitchen Mad Bagel yang berada di kawasan Parigi Baru, Tangerang Selatan, hampir setiap hari 1.200 bagel didistribusikan ke tujuh cabang di wilayah Jakarta dan Tangsel. Cabang paling anyar ada di Bandung.
Suasana kesibukan pegawai dapur membuat bagel beradu dengan aroma harum roti yang keluar dari oven, pada Senin (13/9/2021). Hampir seluruh proses dilakukan secara manual.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2Fbb0406b4-4e23-4aa3-b40f-0b9f9bc179c3_jpg.jpg)
Staf dapur memproduksi roti bagel di dapur produksi Mad Bagel di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Setelah adonan keluar dari mixer, ditimbang, lalu dibentuk bulat dan dikunci. Adonan bulat yang didiamkan sebentar dilanjutkan dengan proses boiling dan ditambah toping dan masuk ke oven. Sebagian pegawai menakar dan mengemas bahan-bahan bagel sandwich, seperti smoked beef, telur, potongan daging dan keju. Kemasan ini untuk memudahkan pegawai toko meracik bagel sandwich.
Persiapan di dapur selesai, semua produk lalu diantar ke outlet-outlet setiap pukul 07.00. Ya, sepagi itu outlet Mad Bagel buka untuk melayani pelanggannya. Di toko, konsumen bisa memilih bagel yang diinginkan dengan melihat jejeran keranjang di rak pajang.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F6b707e50-e5d8-44fc-b161-37610c6d5416_jpg.jpg)
Menu rainbow bagel yang ditawarkan di Mad Bagel, Kebayoran Arcade, Bintaro, Tangsel juga tersedia di semua outlet Mad Bagel.
Bagel yang paling menarik perhatian adalah rainbow bagel dengan warna merah, biru, hijau dan kuning. Rasa rainbow bagel yang kenyal berpadu dengan manisnya Nutella, pas banget buat mewarnai harimu. Selain itu, ada everything on, blueberry, cinnamon raisins dan jalapeno cheddar. Kalau suka makanan pedas, bagel jalapeno bisa jadi pilihan, bisa dikasih isian juga sesuai selera.
Ada juga pilihan bagel sandwich dengan berbagai pilihan seperti lox dengan isian smoked salmon, dan cream cheese. Tak ketinggalan bagel sandwich smoked beef & egg serta smoked brisket dengan potongan daging tebal dan saus barbeque yang meleleh, menjadi favorit para pelanggan. Menu itu bisa bertambah bila ada momen tertentu, Mad Bagel sering berkolaborasi dengan pihak lain untuk membuat produk baru yang dijual selama satu bulan.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F68a254f3-353a-4dee-91a3-814a100355ca_jpg-1.jpg)
Prima Hayuningputri (kiri) dan sahabatnya Anika Miranti membuka bisnis kuliner roti bagel di Bintaro, Tangsel dengan nama Mad Bagel.
Semua rasa yang ditawarkan memang tak asing di lidah kita. Memang itulah tujuan pendiri Mad Bagel yaitu Prima Hayuningputri dan Anika Miranti. “Kami bikin sandwich, karena punya visi untuk membuat orang jatuh cinta sama bagel. Kami pengennya orang jatuh cinta sama bagel karena Mad Bagel. Kami harus ngajarin gimana cara makan bagel, makanya bikin sandwich biar langsung disantap,” kata Putri.
Sejak pertama kali membuat bagel tahun 2014, mereka secara konsisten mengenalkan bagel. Untuk itulah, mereka membuat bagel yang lebih kenyal, tidak terlalu keras sehingga mudah digigit dan dikunyah. Hingga kini, setiap kemasan selalu dilengkapi cara menyimpan dan memanggang bagel. Dengan produk tanpa pengawet, bagel tahan dua hari di suhu ruangan dan satu minggu di lemari es.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2Fbf2946b0-433b-4b93-8149-f8be86fb66d8_jpg.jpg)
Menu Mad Bagel di toko Mad Bagel di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
“Dulu pertama kali bikin, banyak yang nanya, itu apa, donat kok keras? Pernah kami ikut bazaar umum gitu, wah enggak laku. Akhirnya, kami ke bazaar sekolah internasional, kebanyakan yang beli eskpatriat,” kata Anika yang akrab disapa Nike.
Dari awalnya produksi seminggu dua kali dipromosikan melalui Path, dengan jumlah produksi 52 bagel. Sampai lima tahun kemudian, 2019, mereka memberanikan diri membuka gerai di garasi rumah Putri. Dengan gerai itu, mereka harus memproduksi bagel setiap hari.
Dua bulan sebelum pandemi, Januari 2020, Putri dan Nike membuka toko di Kebayoran Arcade, Bintaro, Tangerang Selatan. “Pas buka di garasi, kami berhenti kerja. Aku bilang sama Nike, gila yuk. Waktu itu karena modal tidak besar, ya kami pilih mau sewa toko atau beli peralatan. Kami enggak mau pinjam juga,” kata Putri.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F6259d138-ea04-47ad-b0d8-b2cae8815cdb_jpg-1.jpg)
Staf Mad Bagel melayani pesanan di toko Mad Bagel di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Masa pandemi malah menjadi peluang bagi mereka mengembangkan usaha. Promosi di media sosial yang gencar dengan mengusung tema makanan yang praktis selama bekerja dari rumah. “Kami terbantu pandemi. Kita di rumah malah makin sibuk, jadi makanan praktis penting. Bisa dimakan siang atau malam, dan makannya bisa dipegang dengan satu tangan. Kalau mau bikin toping sendiri juga bisa, tektur roti pun gak berubah kalau disimpan di lemari es,” kata Putri yang pernah sekolah di Belanda.
Jadi, mau makan bagel siang atau malam nih? Satu porsi bagel sandwich cukuplah buat makan siang.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2Fd4dccf6c-6dc2-4e90-9dee-bb9310b3397d_jpg.jpg)
Staf dapur memproduksi roti bagel di dapur produksi Mad Bagel di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Kompas/Riza Fathoni (RZF) 13-09-2021