Lantai Disko di Negeri Penjaga Tanah Suci
Sebelum 2016, mendengarkan genre ”house music” di area publik di Arab Saudi, negeri pimpinan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud yang bergelar Sang Penjaga Tanah Suci, tabu. Visi 2030 membuat semua hal tabu terpinggirkan.

Warga menyaksikan festival musik Soundstorm, yang digelar oleh MDLBeast di Banban, pinggiran kota Riyadh, Arab Saudi, 16 Desember 2021. Panitia mengumumkan, sekitar 700.000 orang menghadiri pesta musik yang berlangsung pada 16-19 Desember 2021 itu.
”You shoot me down, but I won’t fall I am titanium....”
Begitulah penggalan lirik lagu berjudul ”Titanium” yang dinyanyikan Sia, biduan asal Australia. Lagu yang digarap bersama dengan DJ asal Perancis, David Guetta, dengan nada musik mengentak itu spontan diikuti suara ratusan ribu orang yang memadati depan panggung Big Beast, kawasan Banban, sekitar 40 kilometer utara kota Riyadh, ibu kota Arab Saudi, Minggu (19/12/2021) malam.
Di atas panggung, Guetta memainkan turntable-nya sambil mengacungkan tangan kanannya ke atas. Ketika dia menurunkan tangannya, seketika itu pula bunyi dentuman bas, kilatan lampu berkekuatan ratusan ribu watt, kembang api, tepuk tangan, dan teriakan orang-orang di depan panggung mengawali ”pesta” pada Minggu malam itu.
Tanah di sekitar lokasi sontak bergetar ketika seluruh penonton meliukkan tubuh mereka, mengikuti musik yang dimainkan. Kepala dan tangan mereka pun tak ketinggalan mengikuti gerak tubuh.
Baca juga : Menikmati Kebebasan Hidup di Arab Saudi
Selama empat hari berturut-turut, sejak 16 Desember, kawasan Banban benar-benar menjadi pusat pesta. Diperkirakan 700.000 orang, terdiri dari warga Arab Saudi, ekspatriat, dan warga negara asing, memadati lokasi acara bertajuk MDLBeast Soundstorm 2021 itu. Ini untuk kedua kali ajang itu digelar setelah tahun 2019. Pada hari pertama, festival ini sudah menyedot hampir 200.000 pengunjung.
Para artis yang didatangkan ke Riyadh untuk beraksi di Big Beast adalah musisi nomor wahid. Selain Guetta, juga tampil AfroJack, DJ Steven Aoki, Tiesto, hingga DJ Martin Garrix, DJ asal Belanda yang memiliki darah Indonesia. Nama-nama itu sudah terdengar akrab di telinga penggemar genre house music. Tak ketinggalan pula, para musisi Arab Saudi atau negara Teluk, seperti Tamer Hosny, Hamaki, Nancy Ajram, Amr Diab, dan Elissa.

Warga menyaksikan festival musik Soundstorm, yang digelar oleh MDLBeast, di Banban, pinggiran kota Riyadh, Arab Saudi, 16 Desember 2021.
Noora Maghreebi, warga Jeddah, seperti dikutip dari laman televisi Al Arabiya, mengatakan, dia menikmati malam itu. ”Semuanya menyenangkan. Suasananya, orang-orang yang hadir, makanannya. Semua di luar ekspektasi. Menyenangkan bisa berada di sini,” kata perempuan muda yang bekerja dalam bidang teknologi informasi ini.
Daoud Tabibzada (28), penonton lain, sengaja terbang dari Dubai, Uni Emirat Arab. Seperti dikutip laman Arab News, ia menyukai setiap pertunjukan. Meski ketinggalan salah satu sesi, penampilan Garrix berhasil menutup kekecewaannya. Dia berjanji akan hadir di acara ini tahun depan.
Baca juga : Film dan Kebebasan Ekspresi di Saudi
Laman Arab News juga melaporkan, Pangeran Saud al-Saud (25) hadir bersama saudara perempuannya, Deema al-Saud. Pangeran Saud merasa seperti tidak sedang berada di tanah Arab Saudi ketika berada di lokasi. ”Saya seperti tidak sedang berada di Arab Saudi. Rasanya kegiatan ini benar-benar bisa bersaing dengan Tomorrowland (festival musik yang serupa),” katanya.
”Musiknya luar biasa dan sangat menakjubkan melihat banyak orang bersenang-senang, bergembira.”
Bagi Basil al-Omari (21), warga Riyadh, Soundstorm adalah ”pesta” pertama baginya. Menurut dia, Soundstorm adalah masa depan yang cerah bagi Arab Saudi. Dia merefleksikan perubahan sosial yang tengah berlangsung di Arab Saudi sebagai sesuatu yang positif.
Rumah kedua
Bagi Guetta, penampilan di Riyadh malam itu bukanlah penampilan pertamanya. Dia telah beberapa kali tampil di Arab Saudi, mulai dari balapan Formula-E 2018 dan MDLBeast edisi perdana tahun 2019, ketika Kerajaan Arab Saudi mulai membuka gerbang negerinya untuk konser dan industri hiburan dunia.
Guetta sudah tidak asing dengan tanah Arab. Pria kelahiran Perancis 54 tahun lalu ini telah menganggap jazirah Arab sebagai rumah keduanya. DJ bernama lengkap Pierre David Guetta itu kini tinggal di Uni Emirat Arab, negara Teluk lainnya.

Disc Jockey asal Perancis, David Guetta, dalam sebuah wawancara di Museum Louvre Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Kamis (16/12/2021).
MDLBeast Soundstorm, yang dipasarkan sebagai acara musik terbesar di kawasan dan bahkan dunia, menarik perhatian banyak pihak. Terutama setelah selebritas dan pemengaruh (influencer) gencar mempromosikan negara tersebut. Namun, bagi sebagian kalangan, terutama bagi para pegiat hak asasi manusia dan demokrasi, acara itu dinilai sebagai cara Pemerintah Arab Saudi menutupi rekam jejaknya soal pelanggaran hak asasi manusia.
Baca juga : Karpet Merah bagi Sinema Arab Saudi
Laporan yang beredar di media sosial mengklaim bahwa beberapa pemengaruh, tokoh publik, dan selebritas dibayar mahal untuk berkunjung ke acara itu. Begitu juga dengan para musisi yang tampil.
Guetta tidak membantah hal tersebut. ”Saya dibayar di negara mana pun. Anda tahu, saya bisa menghasilkan uang di mana saja. Arab Saudi, Amerika, Eropa, Amerika Latin,” katanya.
Guetta menegaskan, keberadaannya di atas panggung bukan atas nama politisi atau untuk menutupi rekam jejak buruk sebuah negara. ”Saya tidak bermain untuk politisi. Saya bermain untuk orang-orang, para penggemar. Kalau perlu, saya hanya akan tampil di negara yang sepenuhnya setuju dengan pemerintahnya. Namun, kalau seperti itu, saya mungkin hanya akan tinggal di rumah saja,” katanya.

Warga menyaksikan festival musik Soundstorm, yang digelar oleh MDLBeast, di Banban, pinggiran kota Riyadh, Arab Saudi, 16 Desember 2021.Sejumlah warga Arab Saudi menyebut ajang itu "pesta" pertama mereka, yang hanya dimungkinkan setelah penerapan Visi Arab Saudi 2030.
Dia menambahkan, apabila harus ada alasan politis di balik penampilannya, dia tidak akan tampil di China. Atau bahkan juga tidak di Amerika Serikat. ”Saya ingin bermain untuk orang-orang ke mana pun saya pergi. Mungkin saya tidak harus pergi ke China? Atau tidak pergi ke AS karena, Anda tahu, saya tidak selalu setuju dengan perang tertentu yang sedang terjadi,” tutur Guetta.
Evolusi besar
Festival musik adalah salah satu acara pertama di Arab Saudi yang mengizinkan laki-laki dan perempuan menari, berdansa, dan berbaur secara terbuka di tempat umum. Situasi itu adalah salah satu tanda perubahan yang paling terlihat setelah Pangeran Mahkota sekaligus penguasa de facto Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), mencetuskan Visi Arab Saudi 2030. Visi ini digulirkan tahun 2016. Kondisi itu telah mengantarkan perubahan dan evolusi dalam kehidupan warga Arab Saudi.
Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Arab Saudi membuka keran kebebasan bagi warganya untuk bergerak dan berekspresi. Sejumlah kebijakan, seperti izin mengemudi bagi kaum perempuan, membuka bioskop, membatasi kekuasaan polisi syariah, dan mengadakan festival film, adalah bagian dari reformasi yang tengah dijalankan MBS melalui Visi Arab Saudi 2030-nya.
Baca juga : Pangeran Mohammed bin Salman dan Arah Kebijakan Baru Arab Saudi
Sebelum MDLBeast Soundstorm, Arab Saudi juga menggelar Festival Film Laut Merah pada awal bulan ini. Salah satu hal yang terlihat berbeda adalah penampilan para aktor dan aktris Arab Saudi yang hadir dengan mengenakan gaun pesta, bukan abaya hitam tradisional yang menjadi pakaian resmi perempuan Arab Saudi.
Karena perubahan itulah, Guetta senang menjadi bagian dari fenomena tersebut. ”Tentu saja masih banyak hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki negara. Namun, saya pikir, mereka telah membuka diri dan berjalan menuju arah yang benar,” kata Guetta.
Dia mengatakan, empat atau lima tahun lalu, pemandangan yang ada di hadapannya—ribuan bahkan ratusan ribu orang berkumpul dalam satu lokasi, berdekatan dan menari di tempat terbuka—adalah mustahil. ”Empat tahun lalu, perempuan tidak boleh mengemudi. Sekarang mereka bisa datang ke konser dan menari, berdansa di konser musik. Anda tahu, ini adalah sebuah evolusi besar,” kata Guetta.
Baca juga : Industri Umrah dan Visi Arab Saudi 2030
Keterbukaan yang digaungkan MBS tidak semata di ranah hiburan. Di ranah pemikiran kritis, sebuah konferensi ilmu filsafat pun digelar untuk pertama kalinya. Filsuf politik asal Universitas Harvard, Michael Sandel, dalam konferensi itu menyatakan, terlalu dini untuk menarik kesimpulan di balik upaya reformasi Arab Saudi saat ini.
”Apakah ini memang keterbukaan sejati, termasuk untuk filsafat dan pemikiran kritis? Atau hanya sekadar untuk PR (public relations atau kehumasan)? Hanya waktu yang akan menjawab,” kata Sandel.

Aktris Arab Saudi, Mila Al Zahrani (kiri) dan Fay Fouad (kanan), berpose bersama Ketua Panitia Penyelenggara Festival Film Laut Merah Mohammed Al Turki (tengah) di sela-sela pembukaan festival yang berlangsung di Riyadh, Arab Saudi, 6 Desember 2021.
Menurut Guetta, orang tidak perlu menunggu suatu negara memiliki catatan dan kebijakan yang sempurna jika ingin memperlihatkan dukungan. ”Posisi saya, jika anak muda ingin saya ada di sana, saya ingin ada untuk mereka,” katanya.
Berada di Arab Saudi pun menggugah inspirasi Guetta untuk mengaransemen musik khusus, termasuk menggunakan perkusi dan vokal berbahasa Arab. Karya terbarunya ini akan ditampilkan pada malam pergantian tahun, dua pekan lagi. (AP/REUTERS)