Sembilan pekerja migran Indonesia akhirnya bisa dievakuasi dari Kota Chernihiv, Ukraina. Mereka sempat bersembunyi di bunker, putus komunikasi, hingga akhirnya berhasil dievakuasi dengan mobil boks.
Oleh
NIKSON SINAGA
·6 menit baca
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Pekerja migran Indonesia, Raga Prayuda (21), yang berhasil dievakuasi dari Ukraina bersama delapan WNI lainnya disambut dengan isak tangis oleh ibunya, Ritami (41), di Rumah Dinas Wali Kota Binjai, Sumatera Utara, Selasa (22/3/2022). Raga dan temannya yang bekerja di Ukraina sempat terjebak di tengah gempuran Rusia.
Setelah melewati perjalanan dan upaya yang cukup panjang, sembilan pekerja migran Indonesia akhirnya bisa dievakuasi dari Kota Chernihiv, Ukraina, yang berjarak sekitar 150 kilometer di timur laut Ibu Kota Ukrania, Kiev. Para pekerja pabrik plastik itu sempat bersembunyi di bunker, pindah ke basemen, dan makan seadanya. Mereka juga menghadapi krisis air bersih, listrik, bahan bakar minyak, serta sempat putus komunikasi total.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina terjadi pada 24 Februari 2022, selama 22 hari mereka melihat rudal, merasakan getaran bom, dan menyaksikan bangunan-bangunan hancur dibombardir. Sejumlah skenario evakuasi pun gagal beberapa kali. Hingga akhirnya sebuah mobil boks datang menjemput, beberapa menit setelah mereka menerima panggilan telepon dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kiev, Ukraina.
Iskandar (46) tidak bisa menahan air mata setelah akhirnya bisa bertemu istri dan anaknya di Rumah Dinas Wali Kota Binjai, Sumatera Utara, Selasa (22/3/2022) malam. Ia memeluk anak dan istrinya erat-erat setelah hampir sebulan dihantui rasa takut di tengah perang.
Iskandar tiba di Tanah Air bersama delapan temannya yang lain, yakni Amri Abas (40), Dedi Irawan (33), Zulham Ramadan (31), M Aris Wahyudi (23), Agus Alfrian (23), Sandiyoga Syahfitra (22), Riyan Jaya Kusuma (22), dan Raga Prayudha (22).
Iskandar mengatakan, mereka hampir putus asa di tengah krisis yang mereka hadapi akibat perang Rusia-Ukraina. Sejak invasi pertama Rusia, Kamis (24/2), pabrik mereka tutup total dan mereka berhenti bekerja.
Pabrik mereka berada hanya sekitar 4 kilometer dari pusat Kota Chernihiv. Militer Rusia pun sudah menguasai jalan utama yang hanya berjarak kurang dari 1 kilometer dari tempat persembunyian mereka.
Prajurit pasukan militer Ukraina dari Brigade Mekanis ke-92 menggunakan tank yang diselubungi penutup kamuflase dalam latihan tempur di dekat kota Chuguev, wilayah Kharkiv, Ukraina, Kamis (10/2/2022). Presiden AS Joe Biden berjanji mendukung Ukraina dengan tindakan tegas apabila Rusia menginvasi Ukraina.
Iskandar dan teman-temannya awalnya bersembunyi di sebuah bunker bersama warga sipil Ukraina. Namun, beberapa hari setelah gempuran Rusia, sekitar 50 tentara Ukraina mundur dari garis tempur dan bersembunyi di bunker itu. Mereka membawa tank, peralatan tempur, dan mayat tentara.
”Melihat tentara masuk ke bunker, kami akhirnya pindah ke basemen sebuah gedung. Kami takut bunker itu jadi sasaran rudal Rusia,” kata Iskandar.
Iskandar mengatakan, mereka terus menjaga komunikasi dengan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kiev. Hampir setiap saat mereka melaporkan kondisinya. Upaya evakuasi pun dilakukan sejak hari pertama invasi Rusia ke Ukraina. Namun, karena situasi yang tidak memungkinkan, evakuasi beberapa kali tertunda.
Pada 10 hari pertama, komunikasi dari Kota Chernihiv masih lancar. Mereka bisa menggunakan sambungan telepon seluler ataupun jaringan internet. Namun, pada hari ke-11, sebuah serangan bom besar merusak sistem komunikasi dan kelistrikan. Listrik dan jalur komunikasi mati total. Selama dua hari mereka tidak bisa berkomunikasi dengan siapa pun.
Dua hari tanpa komunikasi sama sekali menjadi hari-hari yang sangat gelap bagi pekerja migran Indonesia. Mereka sama sekali tidak tahu bagaimana nasib mereka dan apakah jalur komunikasi masih bisa dibuka kembali. ”Kami hanya bisa menunggu sampai akhirnya sistem komunikasi hidup kembali,” kata Iskandar.
Mereka pun langsung menghubungi KBRI dan melaporkan kondisi mereka selamat dari serangan bom itu. Pihak KBRI pun selama dua hari itu berupaya mencari tahu kondisi WNI tersebut.
Tidak hanya sistem komunikasi, depot bahan bakar minyak di Kota Chernihiv pun hancur dibombardir Rusia. Krisis bahan bakar minyak pun tidak terelakkan. Direktur di pabrik tempat mereka bekerja pun akhirnya hanya memakai sepeda untuk mengantarkan makanan mereka.
Makanan mereka pun dijatah karena persediaan makanan yang semakin menipis. Pemerintah Ukraina, menurut Iskandar, membayar restoran-restoran untuk memasok makanan kepada warga. Mereka mendapat jatah selembar roti dan keju pada pagi dan sore. Menjelang tengah malam, mereka mendapat semangkok sop.
Mereka mendapat jatah selembar roti dan keju pada pagi dan sore. Menjelang tengah malam, mereka mendapat semangkok sop.
Raga Prayudha, pekerja migran lainnya menuturkan, mereka juga sempat krisis air bersih selama empat hari. Hanya air minum yang tersedia dan itu pun sangat terbatas. “Selama empat hari kami tidak mandi dan tidak bisa beribadah karena tidak ada air bersih,” kata Raga.
Raga pun sempat merekam suasana di Chernihiv dan mengunggahnya di akun Facebook-nya. Di video itu terlihat mereka berlari setelah mendengar serangan bom yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari pabrik mereka. Kepulan asap tampak membubung tinggi dari gedung yang diserang dengan rudal. Selongsong rudal pun tampak berserak di sekitar pabrik mereka.
KOMPAS/NIKSON SINAGA
Iskandar (46), pekerja migran Indonesia, memeluk anak dan istrinya setelah akhirnya bisa bertemu di Rumah Dinas Wali Kota Binjai, Sumatera Utara, Selasa (22/3/2022). Iskandar adalah salah satu dari sembilan pekerja migran yang akhirnya bisa dievakuasi dari perang Rusia-Ukraina di Kota Chernihiv, Ukraina.
Iskandar mengatakan, mereka saat itu hanya memikirkan bagaimana agar bisa dievakuasi dari Ukraina. Skenario awal, mereka akan dijemput dengan bus milik KBRI. Namun, tidak ada sopir yang bisa menjemput mereka. Beberapa cara lain pun gagal.
”Sampai akhirnya saya mendapat telepon dari KBRI pada Kamis (17/3) sekitar pukul 09.00. KBRI bilang agar kami segera bergegas dan membawa barang seadanya,” kata Iskandar.
Hanya berselang beberapa menit setelah telepon ditutup, sebuah mobil boks pengangkut barang tiba di tempat penampungan mereka. Sembilan pekerja migran Indonesia itu pun langsung masuk ke dalam mobil boks. Mereka hanya membawa tas ransel berisi pakaian.
Selain pekerja migran Indonesia, ada empat warga negara Ukraina yang ikut dievakuasi bersama mereka dari Chernihiv. Hampir di setiap persimpangan mereka diperiksa oleh tentara Ukraina. Mereka pun tiba di Kiev setelah menempuh enam jam perjalanan. Di Kiev, mereka bertemu Duta Besar Indonesia untuk Ukraina Ghafur Akbar Dharmaputra, pejabat dari Badan Intelijen Strategis, dan Atase Pertahanan dari KBRI di Warsawa, Polandia.
Dari Kiev, mereka pun menempuh perjalanan darat selama 12 jam dengan sebuah bus menuju Lviv, kota di Ukraina yang berbatasan langsung dengan Polandia. Setelah tiba di Lviv, mereka dijemput KBRI Warsawa dengan sebuah bus.
Mereka pun melintasi perbatasan Ukraina-Polandia dengan pemeriksaan ketat hingga akhirnya tiba di Warsawa. ”Kami merasa lega setelah akhirnya bisa keluar dari Ukraina,” ujar Iskandar.
Dari Warsawa, mereka pun terbang ke Doha, Qatar, lalu melanjutkan penerbangan ke Jakarta, hingga akhirnya tiba di Bandara Kualanamu, Medan. Mereka pun bertemu keluarga untuk pertama kali dalam jamuan makan malam di Rumah Dinas Wali Kota Binjai Amir Hamzah.
Isak tangis pun pecah setelah mereka akhirnya bisa bertemu keluarga. Ritami (41) tidak henti-henti memeluk anaknya, Raga Prayudha. ”Sejak pertama kali saya tahu terjadi perang Rusia dengan Ukraina, saya menangis setiap hari menunggu anak saya pulang,” kata Ritami.
DOKUMENTASI ISKANDAR
Sembilan pekerja migran Indonesia dievakuasi dengan mobil boks dari Kota Chernihiv, Ukraina, Kamis (17/3/2022). Mereka sempat terjebak di kota itu selama 22 hari setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Ritami mengatakan, ia sangat ketakutan melihat video di media sosial yang memperlihatkan anaknya berlari saat ada serangan rudal. Anaknya berangkat ke Ukraina setelah tamat SMA pada 2019. Ia ditawarkan oleh Iskandar bekerja di sebuah pabrik plastik. Setiap bulan, Raga mengirim uang kepada ibunya untuk membantu ibunya dan biaya sekolah adiknya.
Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Sumut Siti Rolijah mengatakan, pihaknya sangat bersyukur akhirnya pekerja migran Indonesia bisa kembali dengan selamat ke daerahnya masing-masing. ”Ini pelajaran penting. Setiap pekerja migran harus tahu prosedur yang harus dilakukan ketika ada persoalan di tempat bekerjanya,” kata Siti.
Direktur Perlindungan WNI pada Kemenlu RI Judha Nugraha mengatakan, evakuasi sembilan WNI dari Chernihiv berhasil dilakukan bersama dengan evakuasi dua WNI dari Dnipro, dan satu mahasiswa dari Kiev. ”Ini rombongan terakhir evakuasi terdiri dari 12 orang,” kata Judha.
Dengan pemulangan 12 orang itu, sudah tidak ada lagi warga negara Indonesia yang akan dievakuasi dari Ukraina. Warga negara Indonesia yang masih tinggal di negara itu, 23 orang, memang memilih bertahan di sana bersama keluarganya.
Terjadi kesalahan penyebutan nama Duta Besar Indonesia untuk Ukraina dalam versi awal laporan ini. Sebelumnya tertulis: "Duta Besar Indonesia untuk Ukraina Yuddy Chrisnandi", kini telah dikoreksi menjadi: "Duta Besar Indonesia untuk Ukraina Ghafur Akbar Dharmaputra". - Redaksi