Polandia dan Bulgaria menolak membayar impor gas Rusia dalam rubel. Akibatnya, Rusia menghentikan pasokan gas ke dua negara itu mulai Rabu (27/4/2022).
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
SERGEI GRITS
Seorang pekerja sedang menjalankan tugasnya di stasiun kompresor gas pada jaringan pipa Yamal-Europe dekat Nesvizh, sekitar 130 kilometer barat daya ibu kota Minsk, Belarus, 29 Desember 2006.
WARSAWA, RABU — Rusia mulai membuktikan ancaman menghentikan pasokan gas kepada negara yang menolak membayar dalam rubel. Bulgaria dan Polandia, dua anggota Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Eropa Timur, menjadi korban pertama.
Perusahaan gas Rusia, Gazprom, memberi tahu Bulgaria dan Polandia bahwa pasokan gas dihentikan mulai Rabu (27/4/2022). Alasan pemberhentian itu adalah karena Sofia dan Warsawa menolak membayar impor gas dalam rubel.
Perusahaan energi Bulgaria, Bulgargaz dan Bulgarian Energy Holding (BEH), beralasan pembayaran dalam rubel tidak sesuai kontrak jangka panjang yang dulu dibuat dengan Gazprom. Bulgargaz dan BEH juga menyebut, tidak ada jaminan akan tetap menerima gas meski membayar dalam rubel.
Juru bicara pemerintah Bulgaria, Lena Borislavova, menyebut, keputusan Moskwa tidak mengancam ketahanan energi Sofia. ”Kami sudah lama bersiap pada skenario ini,” katanya.
Hingga 90 persen gas Bulgaria didapat dari Rusia. Seperti di banyak negara, Bulgaria memakai gas terutama untuk mesin penghangat dan pembangkit listrik. Tempat-tempat penimbunan gas Bulgaria, juga di banyak negara, lazimnya dipenuhi pada April-Oktober, lalu dipakai selama musim dingin pada November-Maret. Pada periode pengisian sekalipun, gas tetap dipakai terutama untuk pembangkit listrik.
NIKOLAY DOYCHINOV
Foto yang diambil per 17 Maret 2022 ini menunjukkan tangki penyimpanan bahan bakar Lukoil di terminal Pelabuhan Rosenets dekat Kota Burgas, Bulgaria, di pesisir Laut Hitam. Bulgaria menerima 77 persen gas alamnya dari Gazprom Rusia. Satu-satunya kilang minyaknya, terbesar di Balkan, dimiliki oleh Lukoil Rusia.
Moskwa-Sofia seharusnya mulai merundingkan kontrak untuk periode 2023-2033. Namun, Sofia sudah menegaskan tidak akan memperpanjang kontrak impor gas dengan Moskwa dan mencari pemasok baru. Sementara Bulgaria sudah membangun jaringan pipa gas baru dari Yunani. Pipa itu untuk memasok gas dari Laut Tengah. Bulgaria juga bersepakat dengan Azerbaijan.
Menteri Iklim Polandia Anna Moskwa mengatakan, cadangan gas Polandia kini 76 persen dari kapasitas. Karena itu, Warsawa tidak akan kekurangan gas setelah Gazprom menghentikan pasokan. Perusahaan energi Polandia, PGNiG, telah menolak permintaan Moskwa untuk membayar gas dengan rubel. Bagi PGNiG, permintaan itu melanggar kontrak.
Pada 2021 sebanyak 63 persen gas PGNiG didapat dari Gazprom. Sementara pada triwulan I-2022, Gazprom menyediakan 53 persen gas untuk PGNiG. Pada Oktober 2022 PGNiG berharap pasokan dari Norwegia mulai masuk.
Keputusan Gazprom menghentikan pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria sontak membuat harga minyak naik. Sebaliknya, harga gas relatif stabil. Selepas informasi keputusan Gazprom beredar, harga minyak Texas WTI naik 3,2 persen menjadi 102 dollar Amerika Serikat (AS) per barel.
Sementara harga Brent naik 1,2 persen ke 106 dollar AS per barel. Adapun harga acuan gas pada 6,8 dollar AS per mBtu untuk perdagangan Selasa malam. Harga gas sedikit naik dari perdagangan Senin, yakni pada 6,67 dollar AS per mBtu.
MAHDI MUHAMMAD
Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato pada upacara penerimaan kredensial dari sejumlah duta besar asing di Kremlin, Moskwa, Rusia, Rabu (1/12/2021).
Pada Maret 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan dekrit bahwa energi Rusia harus dibeli dengan rubel. Siapa pun yang mau energi Rusia harus membuka rekening di GazpromBank atau lembaga keuangan lain milik Rusia. Pembayaran dilakukan lewat rekening tersebut. Rusia memberi waktu sampai akhir April 2022 kepada para pembeli energinya untuk mematuhi keputusan itu.
Kebijakan itu sebagai respons atas langkah AS dan sekutunya yang membekukan rekening sejumlah lembaga dan sejumlah warga negara Rusia. Akibatnya, rekening Rusia berisi setidaknya 300 miliar dollar AS di sejumlah bank Asia, Eropa, dan AS tidak bisa diakses Moskwa. Hingga 60 persen impor gas Rusia oleh Uni Eropa (UE) dibayar dalam euro. Sisanya dibayar dalam dollar AS. Pembekuan dilakukan sebagai sanksi atas serbuan Rusia ke Ukraina mulai 24 Februari 2022.
Hingga 60 persen impor gas Rusia oleh Uni Eropa dibayar dalam euro. Sisanya dibayar dalam dollar AS.
Sejak dekrit dikeluarkan, UE yang mendapatkan hingga 40 persen gas dan 25 persen minyak dari Rusia terus menolak permintaan Moskwa. Namun, menjelang tenggat yang diberikan Rusia, perpecahan di UE terus mengemuka.
Austria dan Jerman paling kencang menolak larangan impor energi Rusia. Sebab, larangan itu akan membuat Austria dan Jerman kehilangan produk domestik bruto (PDB) hampir 400 miliar euro pada 2022-2023 saja.
Pekan lalu, Komisi Eropa mengumumkan langkah yang memungkinkan perusahaan-perusahaan UE memenuhi permintaan Moskwa untuk membayar energi Rusia dengan rubel. Perusahaan UE tetap mengeluarkan uang pembayaran dalam euro atau dollar AS. Selanjutnya, oleh bank perantara, seluruh pembayaran itu dijadikan rubel. Pengubahan dilakukan oleh bank, bukan oleh perusahaan pengimpor energi Rusia.
Sementara ini, Brussels mengindikasikan persetujuan bagi perusahaan UE yang mau membuka rekening di GazpromBank. Syaratnya, rekening harus tetap dalam euro, dollar AS, atau mata uang selain rubel. GazpromBank dapat mengubah dana perusahaan UE menjadi rubel jika pembayaran impor energi sudah disepakati. (AFP/REUTERS/RAZ)