Presiden Jokowi: NU Potensi Bangsa yang Berkontribusi bagi RI dan Dunia
NU memiliki anggota dan jaringan organisasi lengkap di dalam dan luar negeri. Jika digerakkan dan dikonsolidasikan, kekuatan serta potensi NU dapat mempercepat penyelesaian persoalan bangsa dan kemanusiaan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·6 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS – Nahdlatul Ulama memiliki kekuatan luar biasa besar dan mampu berkontribusi bukan hanya untuk Indonesia, melainkan juga bagi dunia. Dengan jumlah warga NU mencapai sekitar separuh lebih warga Muslim Indonesia serta jaringan organisasi lengkap yang tersebar di seluruh pelosok negeri dan luar negeri, organisasi ini merupakan potensi bangsa yang sangat besar.
Jumlah talenta muda hebat di NU juga semakin banyak dan tersebar di beragam profesi. Kontribusi NU yang paling utama adalah melalui peran besar para ulama yang menjadi sumber tuntunan umat. Semakin banyak warga nahdliyin yang menjadi cendekiawan, kaum profesional, wirausaha, dan teknolog akan membuat NU semakin memberikan warna dalam dunia baru yang semakin berubah.
NU memiliki jaringan organisasi yang sangat luas. NU memiliki pengurus dan badan otonom di seluruh provinsi, di seluruh kabupaten dan kota, bahkan di kecamatan dan kelurahan serta desa. ”Di luar negeri pun, diaspora NU berkembang sangat pesat. Ini yang saya lihat, dengan cabang istimewa telah tersebar lebih dari 100 negara di dunia,” kata Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada acara Pengukuhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masa Khidmat 2022-2027 dan Hari Ulang Tahun Ke-96 NU di Balikpapan Sport and Convention Center, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (31/1/2022).
Acara pengukuhan PBNU masa khidmat 2022-2027 tersebut dipimpin oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. Selain Presiden Jokowi, hadir pula di acara tersebut Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Ketua DPR Puan Maharani, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla, Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, beberapa menteri Kabinet Indonesia Maju, dan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor.
Menurut Presiden, jika jaringan NU digerakkan dan dikonsolidasikan untuk menggulirkan agenda-agenda strategis nasional, hal itu akan menjadi kekuatan besar yang sangat potensial untuk mempercepat penyelesaian persoalan-persoalan bangsa dan kemanusiaan. Semua potensi itu perlu dijahit, perlu dirajut, dalam rumah besar besar NU sehingga NU dapat makin berperan dalam kemandirian dan kemajuan bangsa.
Hal ini juga agar NU dapat makin berperan dalam dunia yang penuh perubahan dan disrupsi, dunia yang semakin diwarnai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Situasi dunia yang serba baru menuntut hadirnya cara-cara baru yang kreatif. Perubahan yang cepat akibat revolusi industri dan juga pandemi Covid-19 menuntut cara-cara baru yang inovatif. Modernisasi, digitalisasi, otomasi tak mungkin lagi bisa dihindari.
”Saya membayangkan beberapa waktu ke depan NU memiliki database jemaah yang lengkap dan canggih dengan bantuan teknologi digital. Sangat mungkin. Memakai blockchain, memakai artificial intelligence, memakai machine learning, dan lain-lain. Sangat memungkinkan karena NU memiliki SDM-SDM yang sangat baik dan mengerti mengenai ini,” tutur Presiden Jokowi.
NU pun dibayangkan mempunyai lokapasar (marketplace) yang andal sebagai tempat produsen dan konsumen NU bertransaksi secara praktis dan memasukkan produk-produk unggulan warga NU dalam rantai pasok global. Presiden Jokowi pun membayangkan dalam waktu segera NU mempunyai platform edutech, mempunyai platform learning management system andal yang memfasilitasi jutaan santri untuk mengaji dari semua kiai-kiai besar, ilmuwan, teknolog, dan wirausaha di mana pun dan kapan pun secara mudah dan murah.
Saya membayangkan beberapa waktu ke depan NU memiliki database jemaah yang lengkap dan canggih dengan bantuan teknologi digital. Sangat mungkin. Memakai blockchain, memakai artificial intelligence, memakai machine learning, dan lain-lain. Sangat memungkinkan karena NU memiliki SDM-SDM yang sangat baik dan mengerti mengenai ini.
Di hadapan para nahdliyin, Presiden menceritakan tentang Ainun Najib, generasi muda NU yang dikenalnya. Najib yang saat ini bekerja di Singapura dengan gaji sangat tinggi disebut mampu mengerjakan semua hal terkait teknologi tinggi. ”Jadi, kalau diajak di sini harus bisa menggaji lebih gede dari yang di Singapura. Ini tugasnya nanti Pak Kiai. Kalau beliau yang ngendika (bahasa Jawa halus: ’berkata’), digaji berapa pun, bismillah, pasti mau,” ujar Presiden Jokowi.
Pada kesempatan tersebut Kepala Negara menuturkan bahwa kita perlu memberikan ruang yang lebih besar kepada warga NU dari generasi milenial, generasi gen Z, untuk tampil dan mengambil peran sentral dalam perkembangan Indonesia yang baru. Banyak kaum muda NU yang aktif di industri kreatif, perancang mode, perancang grafis, spesialis teknologi informasi, pemrogram teknologi informasi, security expert, pengembang laman, dan lain-lain.
Kelompok muda NU yang bekerja di korporasi, startup global, atau konsultan global yang jumlahnya banyak sekali perlu naungan dan wadah yang kuat di organisasi PBNU. Untuk mendukung inovasi-inovasi tersebut, NU perlu mempunyai sentra-sentra inkubator inovasi yang sangat efektif. NU perlu mempunyai venture capital atau modal ventura sendiri yang kuat. Hal ini dengan membangun dana abadi yang nantinya mempunyai sovereign wealth fund sehingga NU mempunyai kekuatan dalam membiayai program-program unggulan dan inovatif.
”Oleh sebab itu, kenapa saya sampaikan pada muktamar yang lalu, pemerintah siap memberikan konsesi yang besar tapi secara profesional, sesegera mungkin. Saya sudah siapkan. Enggak mungkin saya memberikan ke NU itu yang kecil-kecil. Saya pastikan yang gede. Insya Allah, yang gede,” kata Presiden.
Transformasi
Konsensi besar itu disiapkan sebagai upaya untuk semakin memperkokoh kemandirian dan kewirausahaan sosial di Nahdlatul Ulama serta menjadi bagian penting dari kebijakan transformasi yang sedang dilakukan pemerintah. Hal ini terutama transformasi hijau yang berkelanjutan dan inklusif, transformasi ekonomi digital, serta peningkatan kelas UMKM Indonesia.
Presiden Jokowi menyebutkan, dengan dukungan dari PBNU, para aktivis NU bisa semakin giat mengisi forum-forum dunia di berbagai bidang. Tak hanya bidang keagamaan, tetapi juga sosial, kemanusiaan, ekonomi, kewirausahaan, serta pengembangan ilmu dan pengetahuan. Pendirian masjid dan madrasah NU di sejumlah negara diharapkan bisa ditambah lagi.
”NU juga perlu mempunyai beberapa universitas dan rumah sakit Nahdlatul Ulama cabang luar negeri, mengirim lebih banyak lagi juru dakwah hebat di berbagai negara, menawarkan perdamaian, toleransi, dan persatuan,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menuturkan, seluruh rangkaian kegiatan HUT Ke-96 NU dibingkai dengan tema ”Menyongsong 100 Tahun Nahdlatul Ulama, Merawat Jagat, Membangun Peradaban”. Tema ini diusung karena NU meyakini dan percaya bahwa pendiri NU mendirikan NU dengan keprihatinan, kepedulian, dan cita-cita yang terkait dengan peradaban.
Saat ini, lanjut Yahya, NU berupaya memaknai gambar bola dunia di lambang NU sebagai tanggung jawab untuk merawat jagat. ”Merawat dalam dua dimensinya. Pertama, dimensi bumi sebagai tempat kita hidup. Kedua, dimensi tatanan kehidupan di atas bumi yang kita tempati bersama-sama dengan seluruh umat manusia lainnya ini,” ucapnya.
Merawat berarti berupaya berjuang untuk terus meningkatkan dan mengembangkan kualitas bumi baik sebagai alam maupun tatanan hidup tanpa membuat kerusakan-kerusakan, apalagi melakukan penghancuran-penghancuran. ”Hanya dengan cara itu, upaya kita membangun peradaban, insya Allah, akan membawa hasil masa depan peradaban yang lebih baik dan lebih mulia. Bukan hanya untuk Nahdlatul Ulama, bukan hanya untuk bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi untuk peradaban dunia bagi seluruh umat manusia,” kata Gus Yahya.