Ketika Musik Rock Mengalun di Makan Siang Presiden Jokowi...
Musik dan lagu memiliki makna sendiri-sendiri bagi para Presiden RI, mulai dari Presiden Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga Presiden Joko Widodo.
Para musisi God Bless menjadi tamu Presiden Joko Widodo, Jumat (27/8/2021) pagi pekan lalu, sebelum kelompok musik cadas legenda Indonesia ini konser 48 tahun berkarya. Mereka akan tampil dalam ”God Bless Berkarya”, yang akan digelar baik secara daring maupun luring dari Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD pada Selasa (31/8/2021) malam pukul 19.00 hingga 22.00 WIB atau nanti malam.
Di Ruang Jepara, Istana Merdeka, Jakarta, yang terisi ukiran kayu furnitur asal Jepara, Jawa Tengah, itu, pertemuan dilakukan. Romulo Radjamin, Fendy Mugni, Ahmad Albar, Ian Antono, Donny Fattah, Abadi Soesman, dan Fajar Sastritama duduk di sofa jati berdudukan putih. Dalam pertemuan yang dimulai pukul 09.30 ini, Presiden Jokowi didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Berjumpa personel grup rock legendaris yang digemari Presiden Jokowi dari sejak masa remaja itu, Presiden seolah bertemu dengan kawan lama. Suasana pertemuan sangat cair bak reuni kawan lama. Presiden Jokowi pun lantas bercerita punya kebiasaan selalu mendengarkan musik rock di kala makan siang ataupun ketika sedang bersantai.
”Pertemuan sangat mengagumkan sekali. Kami tidak menyangka bisa diterima Pak Presiden. Kesan kami, kami ketemu Presiden, kok, kayak ketemu teman, saking akrabnya. Beliau selain menghargai, juga ternyata fansnya rock. Dan, menurut Beliau, kalau lagi makan siang lagi santai, lagunya musik rock,” ujar Abadi saat dihubungi Kompas, Senin (30/8/2021) petang.
Dukungan terhadap God Bless pun disampaikan Presiden Jokowi melalui media sosial. Dalam Instagram ataupun Twitter, dituliskan lagu-lagu God Bless yang disebut enak, bermusik asyik, dan berlirik menggugah, seperti Huma di Atas Bukit, Panggung Sandiwara, dan Roda Kehidupan.
Baca juga : God Bless, Berkabar Lewat Lagu
Tak terasa sudah hampir setengah abad God Bless berdiri. Suara dan postur Mas Iyek (panggilan akrab Ahmad Albar) masih seperti dulu. Bahkan, pada 31 Agustus nanti, God Bless merayakan 48 tahun berkarya di kancah industri musik Indonesia dengan menggelar konser virtual ”God Bless 48th Anniversary: Mulai Hari Ini”. ”Konser ini patut didukung. God Bless adalah bagian penting perjalanan sejarah musik tanah air,” papar Presiden Jokowi di media sosialnya. Presiden Jokowi direncanakan pada Selasa malam akan ikut menonton dari kediaman dinas di Wisma Bayu Rini, Kompleks Istana Bogor, Jawa Barat.
Pertemuan sangat mengagumkan sekali. kami tidak menyangka bisa diterima Pak Presiden. Kesan kami, kami ketemu Presiden, kok, kayak ketemu teman, saking akrabnya.
Secara pribadi, Presiden Jokowi memang penggemar musik rock. Salah satu sumber di Istana menyebutkan, Presiden Jokowi kerap memainkan dan mendengarkan musik-musik cadas dari Metallica dan Megadeth di ruang makan istana. Musik-musik ini mengiringi sembari menyelingi kesibukan Presiden Jokowi.
Kendati demikian, menurut sumber tersebut, bila ada staf yang mengganti musik tersebut dengan lagu-lagu lain, Presiden Jokowi pun tidak pernah memprotes.
Kesukaan pada musik cadas membuat Jokowi tercatat pernah menghadiri beberapa konser, seperti konser Guns n Roses pada 16 Desember 2012, konser Arkarna 1 Juni 2013, dan konser Metallica di Gelora Bung Karno pada 26 Agustus 2013 saat menjabat Gubernur DKI.
Setelah menjabat Presiden, Jokowi pun masih menyempatkan hadir ke Festival Musik Synchronize Fest 2017 di Gambir Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 7 Oktober 2017, dan Konser Musik untuk Republik di Buperta Cibubur 20 Oktober 2019.
Pada masa pandemi, Presiden Jokowi pun menyapa Didi Kempot dan sobat ambyar-nya secara langsung dalam konser live amal Didi Kempot dari Rumah pada 11 April 2020. Dalam konser yang ditayangkan KompasTV ini, Presiden menyampaikan apresiasinya karena Didi Kempot menganjurkan para penggemarnya yang disebut sobat ambyar untuk tidak mudik.
Setiap presiden tentu memiliki pilihan musik dan musisi favoritnya tersendiri. Bung Karno, Presiden pertama Republik Indonesia, misalnya, menyenangi seni tari dan seni suara yang lebih cenderung ke arah tradisional. Demikian, antara lain, disampaikan salah satu ajudan Bung Karno, yakni Bambang Widjanarko, dalam bukunya yang berjudul Sewindu Dekat Bung Karno.
Bambang mengisahkan, dalam saat-saat bebas dan santai, Bung Karno sangat menyenangi tembang Jawa, khususnya Pangkur dan Dandanggula palaran. Dalam setiap kesempatan yang memungkinkan, seperti pagelaran wayang kulit, pementasan fragmen wayang orang atau pagelaran langenswara (paduan suara lagu-lagu, Jawa dan sebagainya), Bung Karno selalu minta agar dua tembang itu diperdengarkan.
Selain acara peringatan 17 Agustusan, Presiden Soekarno juga kerap meminta karawitan Istana memainkan gending di salah satu ruang penyimpanan dan latihan gending. Ruang penyimpanan dan latihan gending Jawa itu berada di salah satu lantai Wisma Negara. Jenis musik lainnya yang disukai Bung Karno adalah keroncong. Penyanyi yang diandalkan adalah Waljinah yang jadi langganan menyanyi di Istana Merdeka sejak 1950.
Bung Karno juga amat senang menari lenso. Setiap ada acara ramah-tamah di mana saja ia selalu memerintahkan agar band yang telah ada segera memainkan lagu-lagu cha-cha. Tak hanya dengan istri-istrinya seperti Hartini, yang diajak menari lenso, tetapi juga tamu-tamu negara.
Hal yang hampir sama dilakukan Presiden Soeharto. Apalagi istrinya, Ibu Tien Soeharto, adalah perempuan keraton Solo. Juga seperangkat alat-alat musik gending Jawa dan alat band disiapkan di Wisma Negara. Presiden Soeharto juga senang mendengarkan lagu-lagu keroncong. Vokalis seperti Waljinah tetap menjadi langganan Presiden Soeharto tampil setiap jamuan makan setiap malam 17 Agustusan di halaman tengah antara Istana Merdeka dan Istana Negara, Jakarta.
Jenis musik lainnya yang disukai Bung Karno adalah keroncong. Penyanyi yang diandalkan adalah Waljinah yang jadi langganan menyanyi di Istana Merdeka sejak 1950.
Adapun Presiden BJ Habibie dikenal publik amat menyukai lagu ”Sepasang Mata Bola”. Sebuah lagu romantis era masa perjuangan karya Ismail Marzuki dengan lirik pertamanya yang mendayu syahdu: ”Hampir malam di Jogja, ketika keretaku tiba”, tersebut telah menarik perhatian Presiden Ketiga Republik Indonesia ini.
Kegemaran Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur terhadap musik klasik, selain juga keroncong, pun telah dikenal khalayak. Tulisan rohaniwan dan Guru Besar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Franz Magnis Suseno atau Romo Magnis, yang dirangkum dalam buku Sejuta Gelar untuk Gus Dur (2010), merupakan salah satu kesaksian yang menggambarkan wawasan Gus Dur, termasuk kesukaannya terhadap karya komponis Ludwig van Beethoven.
Demikian Romo Magnis menuliskannya, ”Betapa luar biasa Abdurrahman Wahid, Gus Dur kita ini! Seorang nasionalis Indonesia seratus persen dengan wawasan kemanusiaan universal. Seorang tokoh Muslim sekaligus pluralis dan melindungi umat beragama lainnya. Enteng-enteng saja dalam segala situasi, tetapi selalu berbobot; acuh tak acuh, tetapi tak habis peduli dengan nasib bangsanya. Orang pesantren yang suka mendengarkan simfoni-simfoni Beethoven.”
Sementara itu, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, yang dikenal romantis, dikenal sangat menyukai lagu-lagu Ebiet G Ade. Harian Kompas, 5 Maret 2007, memberitakan bahwa seusai memberi arahan kepada kader pada silaturahmi anggota legislatif Partai Demokrat seluruh Indonesia di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (4/3/2007), SBY sempat berduet dengan Ebiet G Ade.
”Saya sangat menyukai lagu-lagu beliau (Ebiet), baik lirik maupun nadanya. Dalam lagu-lagunya, ada pesan moral dan spiritual yang mendalam. Terhadap bencana, jangan putus asa. Atasi semuanya agar menjadi lebih baik,” kata SBY saat itu seusai bernyanyi bersama Ebiet.
Tak pelak, SBY pun saat menjabat produktif membuat sejumlah lagu yang dimunculkan dalam empat album lagu-lagunya. Jenis lagu yang diciptakannya adalah lagu-lagu pop, seperti ”Rinduku Padamu”, ”Evolusi (2009)”, ”Ku Yakin Sampai di Sana” (2010), dan ”Harmoni” (2013). Lagu-lagu itu dinyanyikan oleh sejumlah vokalis kondang. Untuk mengenang mendiang istrinya, Ny Ani Yudhoyono, SBY juga menggubah lagu Seruling di Lembah Sunyi.
Megawati Soekarnoputri sudah pasti satu-satunya Presiden perempuan pertama di Indonesia yang sangat menyukai menari. Hal itu karena sejak kana-kanak di Istana, Megawati yang akrab dipanggil Adis itu banyak berlatih dan diminta tampil di Istana untuk menari Jawa di hadapan tamu-tamu negara oleh ayahnya, Presiden Soekarno. Adapun jenis musik yang disukai Megawati adalah jenis lagu lembut dan jazzy, di antaranya yang dibawakan oleh Frank Sinatra, salah satu legenda musik Jazz Amerika Serikat.
Sarat pesan
Seperti halnya puisi dan karya seni lainnya, musik dapat menghibur dan menginspirasi. Musik juga bisa membawa pesan, seperti perdamaian yang dibawakan God Bless di depan Presiden Jokowi. Keindahan dan makna tetap dapat ditemukan di dalamnya.
Bertemu dengan musisi dan penyanyi favorit selalu membuncahkan kebahagiaan tersendiri, seperti halnya ketika Presiden Jokowi bertemu God Bless.
”Saya masih remaja belasan tahun ketika God Bless muncul dan berjaya di Tanah Air. Lagu-lagunya enak, musiknya asyik, lirik-liriknya menggugah. Siapa tak ingat lagu ”Huma di Atas Bukit”, ”Panggung Sandiwara”, atau ”Roda Kehidupan”?” ujar Presiden Jokowi lebih lanjut di laman media sosialnya.
Baca juga : Ketika Musik Menyenandungkan Alam
Abadi menyebut tak ada ramuan khusus sehingga God Bless memiliki penggemar fanatik seperti Presiden Jokowi. ”Enggak ada ramuan khusus, tugas kami kan berkarya. Kami bukan saja dengan fans, tapi juga dengan semua pendengar berusaha se-komunikatif mungkin lewat lagu. Kesannya ketemu star susah. Kami menghindari itu. Enggak tahu karena kita ini memperhatikan mereka atau karena kita sudah tua? Penonton adalah ”raja” kita. Kita menghargai semua lewat jalur seni musik,” ucap Abadi.
Meskipun tak sempat menyuguhkan nyanyian di hadapan Presiden Jokowi, God Bless tetap diberikan penghargaan secara simbolik berupa piala oleh Presiden. ”Selain kaget, kami bersyukur, kok, bisa sampai 48 tahun. Lebih separuh hidup kita, bersyukur, ditambah lagi dengan imbauan Presiden untuk juga mengaderisasi atau menyosialisasikan musik kepada generasi berikut. Itu saran beliau,” kata Abadi.
Pertemuan God Bless dengan Presiden Jokowi ini sebenarnya bukanlah pertemuan pertama. Sebelumnya, mereka juga pernah dipanggil khusus untuk hadir di Istana Bogor. Kala itu, God Bless mendapatkan ”perintah” untuk membawakan lagu yang bersifat perdamaian. Kebetulan, God Bless memiliki lagu berjudul ”Damai.” ”Kita mengharapkan perdamaian, penting sekali. Berharap penggemar mengutamakan hal itu,” ucap Abadi.
Seperti halnya puisi dan karya seni lainnya, musik dapat menghibur dan menginspirasi. Musik juga bisa membawa pesan, seperti perdamaian yang dibawakan God Bless di depan Presiden Jokowi. Keindahan dan makna tetap dapat ditemukan di dalamnya. Selamat menikmati musik yang, menurut Jean Paul Richter, merupakan puisi dari udara. Dan, para Presiden kita sudah melakukannya, mendengarkan dan memainkan musiknya.