logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanKerukunan Antarumat Beragama...
Iklan

Kerukunan Antarumat Beragama Terus Dirajut

Oleh
· 4 menit baca
Iklan

JAKARTA, KOMPAS — Bangsa Indonesia memiliki watak yang baik untuk menerima keragaman dan perbedaan. Meskipun demikian, kerukunan dan perdamaian harus terus-menerus dirajut bersama, baik sebagai pesan agama masing-masing maupun pesan dari konstitusi bangsa ini. Tokoh-tokoh agama dan semua elemen masyarakat diharapkan bersatu untuk merajut kembali hubungan antarumat beragama yang terbelah karena berbagai kepentingan, terutama kepentingan politik. Agama pun diharapkan dapat menampilkan peran besarnya dalam memberikan pencerahan moral dan etika. Tujuannya agar perbedaan kepentingan politik tidak membawa kepada perpecahan, apalagi bentrokan fisik yang hanya akan merugikan bangsa ini. Ketegangan dan konflik antarumat beragama di Indonesia selama ini banyak disebabkan faktor-faktor nonagama, seperti politik, sosial, dan ekonomi, terutama persoalan kesenjangan. Dalam konteks seperti ini, agama hanya dijadikan alat untuk pembenaran. "Kalau faktor agama atau teologis meski ada perbedaan, tidak membawa kepada konflik. Tetapi, faktor-faktor nonagama sering kali menjadi faktor pemicu konflik," kata Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin saat berkunjung ke Kantor Persekutuan Gereja-gereja (PGI) di Indonesia, Senin (30/10) di Jakarta. Mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini mengaku miris melihat bentuk interaksi masyarakat akhir-akhir ini. Sejak reformasi, terjadi ketegangan dan pembelahan di antara masyarakat. "Tahun 2014, bangsa ini terbelah-belah ke dalam kubu-kubu politik saat pemilihan presiden (pilpres). Belum begitu sembuh lukanya, terjadi lagi pembelahan di parlemen dengan munculnya koalisi-koalisi, demikian pula di pemilihan kepala daerah (pilkada). Ini yang telah terjadi dan mungkin akan terjadi lagi dalam Pilkada 2018, bahkan Pilpres 2019," kata Din. Tak dimungkiri, memang ada perbedaan di antara agama dalam memandang hubungan agama dan politik. Ada agama yang memandang tidak ada hubungan, tetapi ada pula yang menganggap harus ada hubungan. Menurut Din, dalam agama Islam, hubungan agama dan politik tidak berbentuk formalistik dan legalistik, tetapi hanya dalam bentuk moral. "Agama memberi kontribusi moral dan etik untuk politik, hanya itu saja," ujarnya.Din mengatakan, yang terjadi selama ini adalah agama sering dijadikan sebagai basis solidaritas. Akibatnya, terjadi pengelompokan politik atas dasar agama. DialogSituasi ini menuntut kearifan dan kebijakan dari tokoh-tokoh agama untuk bersatu dan menjelaskan kepada rekan-rekan yang berpikiran lain. Untuk itu, Din selaku Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban akan menggelar dialog di kalangan umat beragama moderat ataupun konservatif.Din yakin upaya ini bisa dilakukan karena bangsa ini pada dasarnya memiliki watak yang baik untuk menerima keragaman dan perbedaan. Bagaimanapun kerukunan dan perdamaian harus terus-menerus dirajut bersama, baik sebagai pesan agama masing-masing maupun pesan dari konstitusi bangsa ini.Pembelahan bangsa atas dasar agama, terutama dengan imbuhan politik, membawa pada kondisi yang memprihatinkan, terutama kalau terjadi keterbelahan yang semakin dalam dan lebar. Karena itu harus dilakukan upaya bersama-sama untuk merajutkembali hubungan antarumat beragama.Ketua Umum PGI Henriette T Hutabarat-Lebang mengatakan, kemajemukan sudah dinikmati seluruh bangsa Indonesia sejak zaman nenek moyang, berikut nilai-nilai tradisional di dalamnya, seperti gotong royong, kerja sama, dan saling mendukung. "Pasti ada perbedaan, tetapi mestinya tidak untuk saling memisahkan," ucapnya. Semua masyarakat Indonesia, kata Henriette, mempunyai tanggung jawab merawat kemajemukan yang merupakan anugerah Tuhan bagi bangsa Indonesia. "Ini kekayaan yang luar biasa yang dipercayakan Tuhan kepada kita untuk membangunnya sehingga negara ini menjadi negara yang damai sejahtera dan berkeadaban," katanya.PGI mendukung upaya Din selaku Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban untuk menggelar pertemuan para tokoh agama. Pertemuan ini bukan sekadar berbicara dalam tataran komitmen, melainkan juga melakukan aksi-aksi untuk merajut kemajemukan bukan hanya pada tataran pimpinan agama, melainkan juga mendampingi umat agar terjadi dialog kehidupan, bukan hanya kata-kata.Setelah beraudiensi dengan PGI, Din hari ini akan beraudiensi dengan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia Mgr Ignatius Suharyo Pr. (ABK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000