Bukan kali ini saja Indonesia harus mengevakuasi warganya dari Sudan. Kala perang saudara meletus pada 2003, Indonesia juga harus mengevakuasi WNI. Sekarang, perang saudara kembali memaksa WNI dievakuasi dari Sudan.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
AFP PHOTO / HO / SPA
Dalam foto yang disiarkan Saudi Press Agency (SPA) pada Sabtu (22/4/2023) ini anggota Angkatan Laut Arab Saudi menyambut warga Arab Saudi dan sejumlah negara lain yang dievakuasi dari Sudan. Arab Saudi salah satu negara pertama yang mengevakuasi warga dari Sudan yang sedang dilanda perang saudara.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia memulai proses evakuasi warga negara Indonesia dari Sudan. Proses evakuasi bekerja sama dengan pemerintah negara tetangga Sudan.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, 538 WNI telah berada di Pelabuhan Sudan pada Senin (24/4/2023) dini hari waktu setempat. Mereka terdiri dari 273 perempuan, 240 laki-laki, dan 25 balita.
Mayoritas merupakan mahasiswa, pekerja migran, dan pegawai KBRI Khartoum beserta keluarganya. ”Ini adalah evakuasi tahap 1 yang dipimpin langsung oleh Dubes RI di Khartoum,” ujar Retno dari Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
KBRI Khartoum menggunakan sembilan mobil untuk mengangkut ratusan WNI itu. Butuh 15 jam untuk perjalanan dari Khartoum menuju Pelabuhan Sudan. Mereka harus melewati setidaknya 15 pos pemeriksaan.
”Saat ini, 538 WNI tersebut sedang beristirahat di rumah persinggahan di Port Sudan sebelum keberangkatan menuju Jeddah melalui jalur laut,” ujarnya.
Setelah ini, pemerintah bersiap mengevakuasi 289 WNI dari Sudan. Evakuasi tidak bisa dilakukan sekaligus, antara lain, karena keterbatasan bahan bakar untuk kendaraan pengangkut.
MIZUKI IKARI/KYODO NEWS VIA AP
Pesawat Hercules C-130 milik Pasukan Bela Diri Jepang bertolak dari Pangkalan Udara Komaki pada Jumat (21/4/2023) menuju Djibouti. Pesawat itu bagian dari upaya Jepang mengevakuasi warganya dari Sudan yang kembali dilanda perang saudara sejak Sabtu (15/4/2023).
”Saya imbau agar setiap WNI yang masih berada di Sudan dan belum melaporkan diri, mohon agar segera melaporkan keberadaannya ke KBRI Khartoum agar juga dapat dilakukan evakuasi pada tahap kedua,” ujar Retno yang mengutus Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Judha Nugraha ke Jeddah untuk membantu proses evakuasi.
Judha membenarkan, proses itu dilakukan lewat kerja sama dengan beragam pihak. Koordinasi dengan misi diplomatik berbagai negara sahabat Indonesia adalah bagian dari kerja sama untuk mengevakuasi warga Indonesia dari Sudan.
SAF pimpinan Jenderal Abdel Fattah Al Burhan dan RSF pimpinan Jenderal Hamdan Dagalo sudah bertahun-tahun bersaing memperebutkan kekuasaan di Sudan.
Sejak Sabtu (15/4/2023), Sudan diguncang perang saudara antara militer (SAF) dan kelompok milisi Pasukan Pendukung Gerak Cepat (RSF). SAF pimpinan Jenderal Abdel Fattah Al Burhan dan RSF pimpinan Jenderal Hamdan Dagalo sudah bertahun-tahun bersaing memperebutkan kekuasaan di Sudan.
Persaingan semakin sengit setelah Presiden Sudan Omar Bashir digulingkan pada 2019. SAF dan RSF terlibat dan bekerja sama sejenak dalam penggulingan itu. Setelah itu, mereka kembali bersaing dan berujung pada baku tembak. Ibu kota Sudan, Khartoum, menjadi pusat pertempuran.
AFP
Sejumlah warga mengisi tangki-tangki dengan air di Khartoum selatan, 22 April 2023. Persediaan air kian menipis di tengah pertempuran antara dua faksi militer di Sudan.
Sebelum Indonesia, evakuasi sudah dilakukan sejumlah negara lain. Amerika Serikat, Arab Saudi, dan sejumlah negara Eropa mengeluarkan warganya dari Sudan sejak Sabtu. AS memastikan sementara ini hanya pegawai pemerintah dan keluarga pegawai Pemerintah AS dievakuasi dari Sudan.
Sementara hingga setidaknya 15.000 warga AS di Sudan tidak diketahui nasibnya. Washington telah mengumumkan, Pemerintah AS tidak punya kapasitas untuk mengoordinasikan evakuasi warganya dari Sudan dalam situasi sekarang.
Adapun Riyadh tidak hanya mengevakuasi warga Arab Saudi. Kapal Angkatan Laut Arab Saudi mengangkut pula warga berbagai negara dari Pelabuhan Sudan ke Jeddah, Arab Saudi. Proses evakuasi harus dilakukan lewat darat menuju tetangga Sudan atau Pelabuhan Sudan di tepi Laut Merah.
Sebab, berbagai bandara di sekitar Khartoum menjadi lokasi baku tembak. AS dan berbagai negara Eropa dilaporkan mengirimkan pesawat dan helikopter ke Djibouti dan Etiopia yang bersebelah dengan Sudan. Laman pemantau lalu lintas udara melacak pesawat dan helikopter militer berbagai negara merapat ke Djibouti dan Etiopia beberapa jam selepas baku tembak meletus di Sudan.
AFP
Regu militer Sudan (SAF) di dekat Pelabuhan Sudan pada Kamis (20/4/2023). SAF tengah terlibat perang saudara dengan kelompok milisi Pasukan Pendukung Gerak Cepat (RSF) sejak Sabtu (15/4/2023).
Dalam pernyataan pekan lalu, Menteri Retno Marsudi mengatakan, 1.209 WNI berada di Sudan. Sebagian besar belajar di Khartoum. Sebagian dari WNI di Sudan dibawa ke Wisma Duta Indonesia dan KBRI Khartoum beberapa hari selepas pertempuran meletus.
Bukan kali ini saja Indonesia harus mengevakuasi warganya dari Sudan. Kala perang saudara meletus pada 2003, Indonesia juga harus mengevakuasi WNI. Kini, Indonesia harus kembali mengevakuasi warganya lagi-lagi karena alasan perang saudara di Sudan.
Evakuasi dari Sudan kali ini terjadi berselang hampir 14 bulan sejak evakuasi dari Ukraina dilakukan. Pada Januari-Februari 2022, Indonesia mengevakuasi tidak sampai 200 orang dari Ukraina.
Mayoritas warga asing akan diangkut dengan kapal dari Pelabuhan Sudan. Pelabuhan di tepi Laut Merah itu antara lain paling dekat dengan Pelabuhan Jeddah, Arab Saudi.
Sejumlah diplomat di Khartoum menyebut, evakuasi massal warga asing diduga akan dilakukan pada Senin atau Selasa. Mayoritas warga asing akan diangkut dengan kapal dari Pelabuhan Sudan.
Pelabuhan di tepi Laut Merah itu antara lain paling dekat dengan Pelabuhan Jeddah, Arab Saudi. Sejak ratusan tahun lalu pelabuhan itu menjadi salah satu titik penghubung Sudan dengan Arab Saudi.
Dari Khartoum, pada situasi normal, butuh waktu setidaknya 14 jam berkendara untuk mencapai Pelabuhan Sudan. Dengan pertempuran yang sedang berlangsung, butuh waktu lebih lama untuk perjalanan dari Khartoum ke Pelabuhan Sudan.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR
Tangkapan layar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat menyampaikan taklimat media mengenai perkembangan situasi di Sudan pada hari Kamis (20/4/2023) di Jakarta.
Retno telah mengatakan, Indonesia dan sejumlah negara terus mengupayakan penciptaan koridor kemanusiaan di Sudan. Tujuannya untuk menyediakan jalur evakuasi dan pasokan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil.
Proses evakuasi oleh negara lain telah dimulai sejak Jumat pekan lalu. Proses dimulai bersamaan dengan pernyataan RSF bahwa mereka setuju menggelar gencatan senjata tiga hari untuk menghormati Idul Fitri. Bersama sejumlah negara di Afrika dan Timur Tengah, Sudan merayakan Idul Fitri pada Jumat.
Dalam pernyataan pada Minggu pagi waktu Khartoum, RSF mengeklaim AS berkoordinasi dengan mereka untuk evakuasi itu. Menurut RSF, AS mengirimkan enam pesawat untuk mengangkut pegawai dan keluarga pegawai Pemerintah AS.
Kami akan berkoordinasi dengan berbagai misi diplomatik untuk memastikan keselamatan warga berbagai negara untuk pulang ke berbagai negara masing-masing.
RSF juga berjanji membantu negara lain yang mau mengevakuasi warganya dari Sudan. ”Kami akan berkoordinasi dengan berbagai misi diplomatik untuk memastikan keselamatan warga berbagai negara untuk pulang ke berbagai negara masing-masing,” sebut RSF sebagaimana dikutip Aljazeera.
Hemedti juga menyalahkan Burhan dan pasukannya soal gencatan senjata yang tidak kunjung terwujud. Pada Jumat dini hari, RSF kembali mengumumkan gencatan untuk menghormati Idul Fitri.
Bersama sejumlah negara di Afrika dan Timur Tengah, Sudan merayakan Idul Fitri pada Jumat. ”Saya tidak masalah dengan gencatan senjata. Burhan dan pasukannya tidak mampu menghormati kesepakatan ini,” katanya kepada televisi Al Arabiya. (AFP/REUTERS)