Tim bulu tangkis putri Indonesia kalah 0-3 dari China dalam final Piala Uber. Namun, performa mereka patut dihargai.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
CHENGDU, MINGGU — Perjalanan tim bulu tangkis putri Indonesia pada Kejuaraan Piala Thomas dan Uber berakhir dengan kekalahan dari China. Meski demikian, performa skuad ”Merah Putih” mendapat banyak pujian.
Indonesia kalah 0-3 dari tim tuan rumah pada laga puncak beregu putri yang memperebutkan Piala Uber di Chengdu Hi Tech Zone Sports Centre Gymnasium, Minggu (5/5/2024). Ini menjadi hasil terbaik tim putri Indonesia sejak terakhir kali mencapai tahap yang sama pada Kejuaraan Piala Thomas dan Uber di Jakarta pada 2008. Di hadapan penonton di Istora pada saat itu, putri-putri Indonesia juga kalah dari China dengan skor yang sama.
Kekalahan tiga wakil Indonesia di Chengdu dialami dari dari pemain-pemain China berperingkat sepuluh besar dunia, yaitu tunggal putri ranking kedua, Chen Yu Fei, He Bing Jiao (6), dan ganda putri nomor satu dunia, Chen Qing Chen/Jia Yifan. China pun menjuarai Piala Uber untuk ke-16 kali sejak ikut serta pada kejuaraan dua tahunan ini pada 1984.
Tunggal putri terbaik Indonesia Gregoria Mariska Tunjung kalah dari Chen dengan skor 7-21, 16-21, diikuti kekalahan Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto dari Chen/Jia 11-21, 8-21. Setelah itu, Ester Nurumi Tri Wardoyo memberi harapan final akan berlangsung lebih dari tiga partai dengan memberi perlawanan ketat pada pemain peringkat keenam, He Bing Jiao. Meski bermain baik, Ester kalah 21-10, 15-21, 17-21.
Formasi Fadia/Ribka diturunkan pada final ini untuk menggantikan Apriyani Rahayu/Fadia. Pelatih Ganda Putri Pelatnas Eng Hian mengatakan, kondisi cedera Apriyani belum pulih sepenuhnya sehingga tidak bisa dipaksakan bermain di final.
Pertandingan melawan Chen/Jia merupakan reuni bagi Fadia/Ribka. Mereka berpasangan pada Juli 2019 hingga Januari 2022 dengan hasil terbaik menjadi semifinalis Hylo Terbuka Super 500 pada 2021 dan perempat final Kejuaraan Asia pada Januari 2022.
Kejuaraan Asia itu menjadi panggung terakhir Fadia/Ribka hingga Fadia dipasangkan dengan Apriyani karena Greysia, partner Apriyani sebelumnya, pensiun sebagai atlet. Duet Fadia/Ribka juga pernah tampil di Piala Uber Aarhus 2020.
”Tadi sempat ingat momen pasangan sama Ribka di Aarhus. Saya tidak menduga bisa main di final Uber bersama Ribka karena kami sama-sama berjuang dari kecil, dari klub hingga sekarang mencetak sejarah bareng-bareng,” tutur Fadia.
Apa yang dicapai Indonesia pada Piala Uber kali ini adalah hasil kerja sama tim yang bagus.
Namun, menghadapi Chen/Jia memang bukan tugas mudah. Ganda putri empat kali juara dunia itu tampil agresif dengan siapa pun lawan meski pasangan yang dihadapi berada di bawah mereka. Sikap tersebut memperlihatkan profesionalitas atlet.
”Pengalaman dan mentalitas mereka sangat baik, apalagi mereka sudah sering tampil di final beregu, sementara ini menjadi yang pertama bagi kami. Ini pelajaran berharga bagi kami,” kata Fadia.
Gregoria dan Ester yang tampil pada partai pertama dan ketiga pun belajar menghadapi tekanan saat membawa nama negara dalam final kejuaraan beregu level dunia. Meski menjadi yang paling berpengalaman dalam tim Piala Uber Indonesia, baru kali ini Gregoria merasakan tampil di final.
”Kemarin bisa dibilang saya bermain cukup bagus, hal itu membuat saya punya ekspektasi untuk bermain bagus hari ini. Tapi, itu malah membuat saya jadi kesulitan, bukan secara fisik, tetapi terasa lelah dalam pikiran. Sebaliknya, lawan malah bisa bermain sangat bagus dengan tekanan sebagai tuan rumah,” tutur Gregoria.
Meski kecewa karena tak bisa bermain baik di final, Gregoria bersyukur dan menyatakan kebanggaannya menjadi bagian dari tim Piala Uber Indonesia tahun ini. ”Saya berada di tim yang kompak, yang bisa membangun kerja sama dengan bagus. Saya yakin kekompakan itu yang membuat kami hari ini ada di sini, di final Piala Uber 2024,” katanya.
Pujian pada kekompakan dan daya juang mereka muncul dari penggemar bulu tangkis Indonesia melalui media sosial, juga dari mantan atlet dan atlet negara lain. Chen Yu Fei, yang membuka kemenangan timnya, memuji Gregoria selama tampil di Chengdu.
”Dia mengalahkan pemain-pemain bagus di sini dan saya juga pernah kalah dari dia. Jadi, pada pertandingan tadi, saya mencoba untuk fokus, tidak memikirkan banyak hal,” kata Chen dalam wawancara di mixed zone seperti terdapat dalam media China, CGTN.
Greysia, melalui unggahan dalam akun media sosialnya, menilai, pencapaian Piala Uber Indonesia ini menunjukkan bahwa bulu tangkis putri Indonesia mampu berbicara di level dunia setelah sekian lama dipandang sebelah mata.
Mantan pebulu tangkis Inggris, Gillian Clark, yang menjadi komentator turnamen, juga berulang kali memuji putri-putri Indonesia. Dia berbicara bahwa Ester memiliki teknik bermain yang baik. ”Apa yang dicapai Indonesia pada Piala Uber kali ini adalah hasil kerja sama tim yang bagus,” katanya.
Komentator lainnya, Steen Pedersen, menyebut, Gregoria telah memimpin Indonesia tampil di final. Pedersen menyebutkan itu mengingat Gregoria memiliki status sebagai tunggal pertama yang bermain pada laga pertama.
Dalam perjalanan menuju final, Indonesia mengalahkan unggulan keempat, Thailand, pada perempat final 3-0. Setelah itu, Gregoria, Ester, dan Komang Ayu Cahya Dewi membuat Indonesia menang 3-2 atas unggulan kedua yang juga juara bertahan, Korea Selatan, pada semifinal.
Selain tim putri, tim putra Indonesia juga berhadapan dengan China pada final yang memperebutkan Piala Thomas mulai pukul 17.00 WIB. Pemain-pemain yang diturunkan adalah yang berperingkat terbaik, yaitu Anthony sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Chico Aura Dwi Wardoyo pada tunggal. Adapun di nomor ganda, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto tampil sebagai ganda pertama dan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana sebagai ganda kedua.
Skuad Indonesia harus berhati-hati untuk tidak kehilangan dua partai awal mengingat Anthony tertinggal dalam statistik pertemuan dari Shi Yu Qi (2-8), meski menang pada pertemuan terakhir. Fajar/Rian juga tertinggal dari pasangan muda China, Liang Wei Keng/Wang Chang (2-4). Mereka bahkan kalah dalam tiga pertemuan terakhir, dua di antaranya pada 2024.
Jika bisa memenangi setidaknya salah satu partai itu, ”Merah Putih” bisa menjaga peluang menang meskipun tak akan mudah. Ini karena Jonatan dan Fikri/Bagas unggul atas Li Shi Feng dan He Ji Ting/Ren Xiang Yu. Sementara Chico dan Lu Guang Zu memiliki statistik imbang 1-1.