Dijadwalkan, Senin (9/3/2020), Raja Belanda, Raja Willem Alexander akan berkunjung ke Indonesia. Kunjungan itu tentu dilakukan untuk mempererat dan memperkokoh relasi dan kerja sama kedua negara, Indonesia-Belanda.
Oleh
Iwan Santosa
·4 menit baca
KOMPAS/KRIS RAZIANTO MADA
Raja Belanda Willem-Alexander bersama Ratu Maxima (kanan) seusai mengikuti seminar hubungan Indonesia- Belanda, Selasa (18/2/2020), di Amsterdam. Raja Willem-Alexander akan melawat ke Indonesia mulai Senin besok.
Dijadwalkan, Senin (9/3/2020), Raja Belanda, Raja Willem Alexander akan berkunjung ke Indonesia. Kunjungan itu tentu dilakukan untuk mempererat dan memperkokoh relasi dan kerja sama kedua negara, Indonesia-Belanda. Namun, ada pula sisi lain dari kisah pertalian sejarah kedua negara dengan sebagian kisah hidup Raja Willem, yaitu Fokker.
Seorang Raja tidak selalu identik dengan sosok berkuasa dan hidup dalam gelimang kemewahan, serta dikesankan jauh dari rakyat. Raja Willem Alexander dari Belanda adalah salah satunya. Ia dikenal merakyat. Bahkan, dalam perjalanan hidupnya, dia pernah menjadi pilot KLM. Willem pernah mengawaki Fokker 70, dan terbang melayani warga pada umumnya.
Saat terbang dengan Fokker 70 di jalur City Hopper—penerbangan jarak pendek di Eropa—Raja Willem Alexander biasanya menjadi kopilot. Namun, namanya tidak diumumkan karena alasan keamanan pasca-serangan 9/11 di New York, AS.
Sebelumnya, penumpang KLM kerap mendapat kejutan menyenangkan ketika disebutkan Raja Willem sendiri yang ikut menerbangkan pesawat melayani mereka.
Karier sebagai pilot sebagaimana dikabarkan harian De Telegraaf, dimulai sejak tahun 1997 ketika masih menjadi Putra Mahkota Kerajaan Belanda. Ketika KLM mengakhiri penggunaan Fokker 70 di KLM, Raja Willem Alexander melakukan konversi untuk menerbangkan Boeing 737 supaya ia tetap bisa terbang melayani masyarakat.
Sementara dalam tautan berita CNN.com, bagian Rumah Tangga Kerajaan Belanda mengatakan, Raja Willem-Alexander pertama kali terbang dan mencintai dunia dirgantara lebih dari 30 tahun yang lalu ketika masih menjadi pelajar.
Pengalaman terbang diawali pada akhir tahun 80-an, ketika berusia remaja. Dia bepergian ke Kenya, di mana Willem Alexander bekerja sebagai pilot sukarela. Tugas itu dilakukannya untuk organisasi bantuan medis, Yayasan Penelitian & Pendidikan Medis Afrika (AMREF), dan kemudian untuk Layanan Margasatwa Kenya.
Biasanya, Willem Alexander terbang sebulan dua kali dan menikmati karier pilot komersial KLM sebagai selingan yang menyegarkan di luar tugas kenegaraan sebagai keluarga Kerajaan, dan kini Raja Belanda—dinobatkan pada 2013.
Fokker van Jawa
Bertepatan dengan kunjungan kenegaraan Raja Willem Alexander dan Ratu Maxima ke Republik Indonesia, Senin (9/3/2020), kehadiran Willem Alexander sang pilot Fokker 70 ibarat ziarah ke tanah kelahiran Anthony Fokker pencipta dan pendiri pabrikan pesawat Fokker, yakni Pulau Jawa.
Anthony Gerard Fokker adalah pria Belanda kelahiran Blitar tahun 1890 yang pesawat tempurnya menjadi legenda dalam Perang Dunia I, yakni Fokker Dr-1. Pesawat itu menjadi andalan Baron Manfred von Richthoffern yang membukukan kemenangan 80 kali.
Sebagai penerbang Fokker 70 lebih dari dua puluh tahun, Raja Willem Alexander dijadwalkan mendarat di Halim Perdanakusuma tempat rekor dunia penerbangan terjauh Amsterdam-Batavia pernah dibukukan pada November 1924. Rekor dunia itu dicetak pesawat Fokker F-VII. Ketika itu pesawat berangkat dari Schiphol, Amsterdam, akhir Oktober 1924 dengan 20 perhentian dari Eropa-Timur Tengah-India- Thailand-British Malaya-Sumatera dan akhirnya tiba di Jawa.
Salah satu pilot legendaris KLM, seorang mantan penerbang militer Russia, Iwan Smirnov, juga menerbangi rute Schiphol, Amsterdam, ke Tjililitan (kini Bandara Halim Perdanakusuma). Pada kurun waktu 1930-an dan 1940-an pesawat KLM yang sebagian menggunakan pesawat buatan Fokker menerbangi rute Amsterdam-Batavia dalam waktu enam hari.
Berbagai foto pesawat Fokker sejak awal abad 20 juga terpajang di Museum Lanud dan Bandara Halim Perdanakusuma. Pada selasar di terminal kedatangan Bandara Halim Perdanakusuma terlihat beberapa foto pesawat Fokker yang pernah mendarat di Vliegveld Tjililitan atau Lapangan Terbang Cililitan.
Hubungan sejarah penerbangan itu memperkaya riwayat hubungan Indonesia-Belanda yang selama ini antara lain dikenal lewat keberadaan Kota Tua di Jakarta, dan Semarang, Jawa Tengah.
Andal
Asisten Operasi Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Muda TNI Umar Sugeng Hariyono yang membukukan lebih dari 2.000 jam terbang dengan Fokker 27 menceritakan, pesawat Fokker punya karakteristik bandel dan tahan banting.
”Fokker 27 saya pegang sejak tahun 1987 hingga grounded tahun 2007. Kekhasan pesawat angkut yang disebut Troop Ship ini adalah teknologi pneumatik atau tekanan udara untuk mengendalikan kemudi, rem, dan landing gear. Berbeda dengan varian Fokker lain yang menggunakan sistem hidraulik yang mengandalkan tekanan cairan,” kata Umar Sugeng.
Keandalan dan kebandelan tersebut berulang kali dialami Sugeng yang pernah mengalami kebocoran pipa pneumatik saat terbang yang mengakibatkan roda pendarat turun, seperti layaknya pesawat sudah mau mendarat. Perbaikan
darurat pun dilakukan dengan menambal pipa yang bocor dengan berbagai sarana yang ada.
”Seperti menambal ban bocor dicari titik mana terjadi kebocoran pipa pneumatik,” kata Umar Sugeng yang beberapa kali turut menerjunkan pasukan dalam latihan di Bandung hingga di daerah operasi di Timor Timur tahun 1990-an.
Cerita Raja Willem Alexander sebagai penerbang pesawat Fokker 70 di maskapai penerbangan KLM dan tanah kelahiran Anthony Fokker di Jawa serta pesawat operasional Fokker di TNI AU merupakan satu dari sekian banyak pertalian sejarah dan kedekatan Indonesia- Belanda.
Hartelijk Welkom te Indonesie, Hij Majesteit Koning der Nederlanden. Selamat datang di Indonesia Yang Mulia Raja Kerajaan Belanda.