Riset Terkait Covid-19 Masih Menjadi Prioritas Tahun Depan
Percepatan pengembangan riset dan inovasi terkait Covid-19 masih menjadi prioritas pemerintah tahun depan. Kerja-kerja penelitian tersebut diharapkan membantu mengatasi pandemi tersebut.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Alat untuk mencegah penyebaran virus bernama Airborne Nano-Trapping Technology for Anti-Covid Tretment (ATTACT) disediakan di Gelanggang Remaja Kecamatan Pademangan yang dijadikan tempat di Jakarta Utara, Minggu (27/9/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi pandemi yang sampai kini belum terkendali membuat riset terkait Covid-19 tetap menjadi prioritas tahun depan. Pemerintah akan mengombinasikan Prioritas Riset Nasional periode 2020-2024 dengan prioritas tambahan khusus Covid-19.
Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro mengutarakan hal itu dalam rapat kerja Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama lembaga pemerintah nonkementerian (LPNK). Rapat kerja tersebut diselenggarakan di Yogyakarta dan disiarkan secara virtual, Jumat (27/11/2020).
Bambang menyampaikan, selain vaksin Merah Putih, riset terus fokus untuk mengembangkan alat deteksi Covid-19, seperti tes cepat berdasarkan antibodi, antigen, dan embusan napas. Ia juga mendorong upaya untuk mengembangkan imunomodulator suplemen yang cocok untuk menahan penyebaran Covid-19.
”Dikembangkan juga peralatan yang amat dibutuhkan dalam penanganan pasien Covid-19, baik ventilator, mobile lab, maupun produk pencegahan. Jadi kami kombinasikan antara PRN (Prioritas Riset Nasional) yang ditetapkan dengan prioritas tambahan khusus Covid-19,” ujarnya.
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Para petugas Kampus Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung menyiapkan beberapa peralatan penunjang untuk pencegahan persebaran Covid-19, Rabu (29/7/2020). Beberapa alat yang dipamerkan dalam kunjungan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro ini antara lain alat sterilisasi ruangan berupa sinar ultarviolet dan uap disinfektan.
Bambang mengatakan, selama pandemi, konsorsium riset dan inovasi Covid-19 telah menghasilkan lebih dari 60 produk yang bermanfaat untuk penanganan Covid-19 dari berbagai aspek. Produk-produk itu, antara lain, berguna untuk deteksi, terapi, pencegahan, dan alat-alat atau sistem pendukung lainnya.
Sejumlah produk hasil konsorsium riset dan inovasi Covid-19 itu antara lain alat tes cepat, robot RAISA, autonomous UVC mobile robot, emergency ventilator, powered air purifying respirator, ventilator vent, flocked swab, sequence protein SARS-CoV-2, sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk deteksi Covid-19, OST D, smart biosafety swab chamber (BCL-UGM), serta minuman dan jamu herbal.
Bambang menambahkan, salah satu riset yang menjanjikan ialah GeNose atau alat deteksi Covid-19 melalui embusan napas. Alat yang dikembangkan tim peneliti Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tersebut menggunakan sistem kecerdasan buatan dan diklaim hasil deteksi bisa selesai dalam waktu sekitar 80 detik.
Riset GeNose saat ini memasuki uji validasi skala besar. Uji validasi melibatkan lebih dari 1.000 sampel dan dilakukan di lebih dari 10 rumah sakit di Indonesia. Beberapa rumah sakit juga berlokasi di DI Yogyakarta, antara lain RS Umum Pusat Dr Sardjito, RS Akademik UGM, RS Bhayangkara Polda DIY, RS Lapangan Khusus Covid-19 (RSLKC) Bambanglipuro di Kabupaten Bantul, dan RS Pusat Angkatan Udara Hardjolukito.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS
Alat deteksi Covid-19 bernama GeNose buatan tim UGM ditampilkan dalam konferensi pers daring, Kamis (24/9/2020). Dalam kesempatan itu, hadir pula Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro.
”Uji validasi ini menurut laporan hampir selesai atau barangkali selesai akhir bulan ini. Setelah izin edar dari Kementerian Kesehatan sudah keluar, kita berharap GeNose bisa diproduksi dan dipakai oleh berbagai pihak. Diharapkan GeNose menjadi solusi agar kegiatan ekonomi bisa berjalan lebih dinamis dengan tetap memperhatikan upaya melakukan testing, tracing, dan tracking,” ungkapnya.
Bambang menegaskan, upaya meningkatkan riset dan teknologi ini juga harus didukung dengan infrastruktur dan fasilitas dari hulu sampai hilir. Dukungan infrastruktur dari hulu dilakukan dengan menambah kemampuan laboratorium dan peralatan. Setelah itu, melalui anggaran dan dukungan dari berbagai pihak, dibangun juga Science Techno Park untuk hilirisasi produk.
Teknologi madya
Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya yang diwakili Kepala Biro Pengembangan Infrastruktur Wilayah DI Yogyakarta Sukamto menyampaikan, riset dan inovasi di daerah perlu menerapkan teknologi madya atau teknologi yang bisa dikembangkan warga secara sederhana.
Menurut Sukamto, ciri teknologi madya ini adalah tidak memerlukan modal besar dan pengetahuan baru karena bersifat rutin. Penerapan teknologi madya bersifat setengah padat modal dan padat karya. Unsur-unsur yang mendukung industri ini juga dapat diperoleh di dalam negeri dengan keterampilan pekerjaan tidak terlalu tinggi.
Kompas/AGUS SUSANTO
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro (kiri), seusai menjalani tes dengan metode reaksi rantai polimerasi (PCR) atau tes usap, mengamati pengoperasian Mobile Laboratorium Biosafety Level (Lab BSL-2) di halaman Rumah Sakit Moh Ridwan Meuraksa. Jakarta Timur, Selasa (16/6/2020).
”Teknologi ini dicirikan dengan skala modal kecil, peralatan sederhana, dan pelaksanaannya bersifat padat karya. Biasanya dilakukan di negara-negara berkembang karena membantu perekonomian pedesaan, mengurangi urbanisasi, dan menciptkaan tradisi teknologi dari tingkat paling sederhana,” ujarnya.
Upaya meningkatkan riset dan teknologi ini juga harus didukung dengan infrastruktur dan fasilitas dari hulu sampai hilir.
Riset dan inovasi juga perlu didukung dengan sinergi gerakan antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha (triple helix) untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia dan skema pendanaan. ”Penciptaan inovasi melalui triple helix memacu pertumbuhan dan daya saing ekonomi. Sebab, dalam suatu inovasi terdapat nilai tambah akademik, sosial budaya, ekonomi, dan komersial,” katanya.