Ledakan Gudang Amunisi, dari Bandung Lautan Api hingga Ciangsana
Sejak Indonesia merdeka, telah terjadi sejumlah ledakan gudang amunisi.
Ledakan gudang amunisi daerah Kodam Jaya di Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3/2024), mengguncang kawasan sekitarnya. Panglima Kodam Jaya Mayor Jenderal Mohamad Hasan mengatakan, amunisi yang meledak sebetulnya sudah dijadwalkan untuk dimusnahkan.
Dalam perjalanan sejarah, sejak Indonesia merdeka ada sejumlah peristiwa ledakan gudang amunisi.
Ledakan gudang mesiu tentara Sekutu di Dayeuhkolot, Kota Bandung
Peledakan gudang amunisi tersebut dilakukan oleh pejuang Republik Indonesia, Mohamad Toha dan Mohamad Ramdan, pada pertempuran Bandung Lautan Api, tanggal 23 Maret 1946. Bekas ledakan itu menyisakan kolam besar seluas 3.000 meter persegi dengan kedalaman 3,5 meter (dalam bahasa Sunda: balong). Kawah bekas ledakan itu dikenal warga sebagai Balong Toha yang berada di sebelah Markas Batalyon Zeni Tempur – Yonzipur 3 Yudha Wyoghra TNI AD.
Dalam majalah Suara Marhaenis edisi 15-30 Desember 1957 disebutkan, Toha berasal dari Banceuy, Desa Suniaraja, Kota Bandung. Saat perang kemerdekaan Republik Indonesia pecah (1945-1949), Toha yang baru berusia 19 tahun bergabung dengan Barisan Banteng Republik Indonesia. Sementara teman seperjuangan Toha, Mohammad Ramdan, berasal dari Sapan, Majalaya. Mereka menyerbu gudang mesiu Sekutu (tentara Inggris).
Meski terluka dalam pertempuran, mereka berhasil menyelesaikan misi meledakkan gudang mesiu Sekutu. Mereka gugur sebagai kusuma bangsa di usia muda. Setelah perang kemerdekaan Republik Indonesia, warga mulai membangun permukiman di daerah itu. Kampung di dekat bekas ledakan dahsyat tersebut dikenal sebagai Babakan Toha.
Ledakan gudang amunisi KKO, Cilandak
Ledakan yang terjadi pada lima gudang amunisi Korps Marinir TNI AL di Cilandak, Jakarta, tanggal 29 Oktober 1984 menimbulkan kehancuran dan kerusakan dahsyat. Berbagai jenis amunisi, seperti granat mortar, roket, serta berbagai amunisi kecil dan sedang, meledak dan meluncur hingga berkilometer jauhnya tanpa bisa dikendalikan.
Sedikitnya 1.500 rumah rusak dan hancur serta lebih dari 1.000 keluarga diungsikan. Dalam keterangan resmi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) tanggal 31 Oktober 1984, disebutkan 15 orang tewas dan 26 orang terluka dalam musibah tersebut.
Musibah diawali dengan kebakaran tanpa diketahui sumbernya. Gudang amunisi yang meledak berupa bangunan kubah besar terletak lebih rendah dari permukaan tanah.
Dari setiap kubah terdapat tangga turun dan dibatasi kerangkeng besi kokoh dan pintu besar. Warga setempat menyebutnya gudang peluru.
Namun, letak gudang amunisi tersebut tidak jauh dari asrama Korps Marinir berikut dapur tempat memasak. Diketahui, kebakaran membesar pada pukul 20.00 WIB.
Unit pemadam kebakaran Marinir berusaha memadamkan api dibantu unit pemadam kebakaran DKI Jakarta. Namun, api terus membesar dan meluas. Upaya pemadaman dihentikan ketika terdengar ledakan besar.
Pasukan Marinir dan petugas pemadam kebakaran berlindung dari pecahan peluru dan ledakan proyektil.
Selama berjam-jam ledakan terus terjadi. Situasi menakutkan, ribuan orang mengungsi menjauhi lokasi kejadian.
Semua menunggu hingga mortir habis meledak dan roket yang tersisa meluncur.
Gudang amunisi tersebut menampung roket berdaya jangkau hingga 15 kilometer. Sebagian besar amunisi adalah sisa masa operasi Trikora tahun 1960-an.
Diketahui tiga roket jatuh di gedung SMAN 14 di Cawang, Jakarta Timur, juga di kompleks Polri Warung Buncit, Pondok Labu, Bungur, Mampang, Pejaten, Condet, Pasar Minggu, hingga Kramatjati. Sehari sesudah ledakan, polisi menemukan 60 roket di sejumlah lokasi di Jakarta.
Ledakan gudang amunisi Komando Pasukan Katak (Kopaska) Pondok Dayung, Tanjung Priok
Ledakan dahsyat di pesisir Ancol-Tanjung Priok, Jakarta, terjadi di gudang amunisi milik Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Rabu (5/3/2014). Kepala Dinas Penerangan TNI AL (saat itu) Laksamana Pertama Untung Suropati menjelaskan, ledakan berasal dari bahan peledak TNT (trinitrotoluene) dan bukan dari ledakan senjata.
TNT yang berada di gudang Kopaska tersebut digunakan untuk senjata ringan yang biasa digunakan prajurit Kopaska. Menurut Untung Suropati, ledakan yang terjadi di Markas Kopaska berbeda dengan ledakan yang terjadi di gudang amunisi KKO Cilandak tahun 1984.awww
Sebanyak 87 prajurit TNI AL menjadi korban ledakan di Pondok Dayung, dengan satu orang dalam keadaan kritis dan seorang lainnya meninggal, sedangkan 85 orang mengalami luka ringan. Sebagian besar korban terkena pecahan genteng dan kayu dari gudang amunisi yang meledak tersebut. Diduga ledakan berasal dari hubungan pendek arus listrik yang kemudian mengenai amunisi yang disimpan. Para korban luka dievakuasi ke RS Pelabuhan (Port Medical Center) Tanjung Priok, RS Sukamulya, dan RS TNI Al Mintohardjo di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
Lokasi markas Kopaska TNI AL berada di tempat tersembunyi di sudut kompleks Pelabuhan Tanjung Priok, di timur pantai Ancol. Untuk mencapai tempat tersebut, para prajurit harus menaiki perahu motor untuk masuk dan keluar dari kesatrian. (Arsip Kompas.id dan Kompas.com)