”Kompas” Meneruskan Nilai Kebaikan dari Sosok PK Ojong
Kejujuran dan kedisiplinan adalah nilai yang selalu ditanamkan salah satu pendiri ”Kompas”, Petrus Kanisius Ojong. Dua hal tersebut diyakini menjadi ciri ”Kompas” meski terus berkembang seiring zaman.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo (kiri) dan Lilik Oetama menabur bunga di makam PK Ojong di kompleks pemakaman Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Minggu (28/6/2020). Ziarah makam PK Ojong juga bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun ke-55 Kompas setiap tanggal 28 Juni.
JAKARTA, KOMPAS — Harian Kompas terus melestarikan nilai kedisiplinan dan kejujuran dari sosok salah satu pendirinya, Petrus Kanisius Ojong atau PK Ojong. Dua nilai tersebut diyakini sebagai hal yang terus mencirikan Kompas sebagai sebuah perusahaan media meski terus mengalami perkembangan seiring zaman.
Ujaran itu mengemuka dalam ziarah makam PK Ojong di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu (28/6/2020) pagi. Ziarah tersebut juga dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-55 Kompas serta satu abad mengenang sosok PK Ojong.
Wakil Pemimpin Umum Kompas Lilik Oetama mengenal PK Ojong sebagai sosok yang selalu bekerja keras, jujur, dan pantang menyerah. Satu hal yang juga selalu Lilik ingat, PK Ojong adalah pasangan tepat yang bersanding dengan sang ayah, Jakob Oetama, dalam mengurus sisi bisnis dan pemasaran Kompas di masa lalu.
”Saya belajar banyak dari Pak Ojong. Dalam urusan mengelola bisnis, dia benar-benar melengkapi Pak Jakob. Dalam urusan bisnis pula, dia mengajarkan agar Kompas selalu bijak dan berhemat dalam berbagai pengeluaran. Dalam ziarah ini, kami ingin mengingat kebaikan beliau dan ini juga adalah tradisi yang bagus,” kata Lilik.
Lilik selalu mengingat PK Ojong yang berpenampilan sederhana. Sewaktu kecil, Lilik pernah melihat PK Ojong yang berkemeja putih dan bercelana bahan. Tidak ada yang terlalu mewah, sebagian pakaian itu pun ditisik karena berlubang. ”Penampilan sederhana, mungkin itu pula yang mencerminkan Kompas sebagai perusahaan,” kata Lilik.
Mariani Ojong, putri bungsu PK Ojong, juga selalu mengingat sosok sang ayah yang peduli dan berdedikasi kepada semua rekan kerja Kompas. Meski bersikap keras dan disiplin, dia juga menaruh perhatian kepada karyawan lewat cara-cara yang sederhana.
Mariani bercerita, pernah suatu waktu seorang karyawan terlambat ketika masuk bekerja. PK Ojong bertanya apa kendala karyawan itu, lalu karyawan menjawab karena soal salah perhitungan waktu. Keesokan harinya, PK Ojong kemudian membelikan jam tangan dengan harapan agar seorang karyawan itu tidak terlambat lagi.
”Pak Ojong menanamkan kepedulian dan kedisiplinan dengan cara-cara sederhana. Rasa sayang dan terima kasihnya kepada karyawan begitu tinggi, terutama kepada teman-teman yang bekerja sif malam di percetakan,” ujar Mariani.
Mariani Ojong, putri bungsu PK Ojong, turut hadir dalam ziarah makam mendiang PK Ojong pada Minggu (28/6/2020). Ziarah makam PK Ojong hari ini juga bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun ke-55 Kompas dan satu abad mengenang sosok PK Ojong.
PK Ojong yang lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juli 1920, menjadi salah satu pendiri harian Kompas bersama sejumlah pihak, termasuk Jakob Oetama, saat pertama kali harian ini didirikan pada 1965. Sejak sekitar tahun 1946, PK Ojong mendalami bidang kewartawanan kendati berlatar belakang pendidikan sebagai guru (Kompas, 1/6/1980).
Selama empat tahun (1940-1944), PK Ojong bekerja sebagai guru. Dia kemudian menjadi anggota redaksi surat kabar harian Keng Po dan mingguan Star Weekly pada 1946 sampai 1951. Di masa itu, dia juga mengikuti kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
PK Ojong pernah menjadi direktur di perusahaan penerbitan PT Sukawidya selama periode 1961-1964. Pada 1963, dia pun turut mendirikan majalah bulanan Intisari dan turut memimpinnya hingga tahun 1980.
Peringatan ulang tahun ke-55 harian Kompas diawali dengan ziarah ke makam PK Ojong di pemakaman Tanah Kusir, Jakarta, Minggu (28/6/2020). Bersama Jakob Oetama, almarhum Petrus Kanisius (PK) Ojong mendirikan harian Kompas pada 28 Juni 1965. Acara ziarah tahun ini hanya diikuti oleh sekitar 50 orang, sesuai dengan protokol kesehatan yang dianjurkan pengurus makam.
Sederhana dan detail
Meski sederhana, PK Ojong juga merupakan sosok yang memperhatikan detail. Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo juga mencontohkan bagaimana PK Ojong memulai kebersihan dari toilet. ”Pak Ojong yakin, kebersihan itu bahkan dimulai dari hal-hal kecil, seperti toilet. Kalau dari toilet saja sudah berbudaya bersih, yang lain-lain juga akan bersih,” ujar Budiman.
Budiman menyatakan, sikap jujur, disiplin, hemat, dan teliti adalah nilai-nilai dari sosok PK Ojong yang kini diwariskan kepada harian Kompas. Sejumlah nilai ini menjadi pegangan mendasar meski Kompas terus berkembang seiring zaman.
Terkait itu, Lilik berharap Kompas dapat terus melestarikan nilai dari sosok PK Ojong. ”Kami berharap Kompas selalu hadir dengan platform yang beragam. Kami pun mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pelanggan, agen, loper, terutama juga pembaca setia. Kami ingin selalu adaptif dan menjadi kawan dalam setiap perubahan,” ungkapnya.